TEMPO.CO, MATARAM - Ada yang menarik dalam saat Kiai Maimoen Zubair atau akrab dipanggil Mbah Moen saat memberikan pandangan di Forum Bahtsul Masail Ad-Diniyah Al-Waqiyah Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Mataram, NTB, Jumat 24 November 2017. Mbah Moen yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bicara soal Indonesia, dan situasi politik Indonesia yang mengalami kemiripan dengan negara di zaman Rasulullah.
Dalam ceramahnya, Kiai Maimoen menjelaskan keserupaan Indonesia dan negara di zaman Rasulullah. Menurutnya, negara yang dibangun Rasulullah menekankan pentingnya persatuan di tengah perbedaan. Di zamannya, Rasulullah SAW juga menghargai perbedaan pandangan.
BACA:MMengharukan, Mbah Moen Berdiri dari Kursi Roda demi Indonesia Raya
Kiai Maimoen menilai, Rasulullah SAW sangat menghargai kesepakatan yang dibuat dengan kaum musyrikin Mekkah. Di zaman Rasulullah hal ini pun terjadi seperti di Indonesia.
"Indonesia ini memang bukan negara Islam. Tetapi Indonesia ini dijiwai oleh sila pertama, ber-Ketuhanan Yang Maha Esa." kata Mbah Moen.
Menurut Mbah Moen, Sila inilah yang kemudian memancarkan kebaikan-kebaikan seperti tertuang dalam sila-sila berikutnya. "Ini terkait kesejahteraan, persatuan, peradaban, keadilan sosial," kata Kiai Maimoen.
Ia menceritakan hubungan politik Rasulullah SAW dalam perjanjian Hudaibiyah atau hubungan Rasulullah dengan penguasa-penguasa negara yang beragama Nasrani.
"Rasulullah SAW juga tidak segan-segan berinteraksi secara personal dengan sahabat-sahabat dari Persi. Bahkan, Rasulullah memberikan tempat istimewa bagi Salman asal Persi karena pengalaman-pengalaman di negeri asalnya yang memiliki peradaban lebih tua," kata Mhah Moen