TEMPO.CO, Semarang- Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) mengaku berhasil menghimpun dana bantuan Rohingya lebih dari Rp 20 miliar. Bantuan dana itu untuk membiayai tim medis ke Distrik Cox's Bazar, Bangladesh untuk memantau kesehatan pengungsi etnis Rohingya yang terusir dari Provinsi Rakhine, Myanmar.
“Itu untuk memperluas cakupan penerima manfaat ke tujuan pembangunan berkelanjutan pada aksi kemanusiaan untuk Rohingya,” kata Ketua Badan Pengurus Lazismu, Hilman Latief, di sela persiapan Rakornas Lazismu di Semarang, Jumat 3 November 2017.
Baca: Di Bangladesh, Pengungsi Rohingya Myanmar Sulit Cari Kuburan
Menurut Hilman, tim Muhammadiyah yang terdiri dari perwakilan Lazismu Andar Nubowo, perwakilan dari MDMC Abdoel Malik R dan dr Corona Rintawan bersama dua dokter dan empat perawat tiba di Bangladesh pada 23 September 2017.
Di sana Muhammadiyah membantu layanan kesehatan primer dan rawat luka sederhana dengan pemberian antiobiotik dan cairan oralit kepada setiap anak yang menderita penyakit diare. “Setiap hari pasien yang datang berjumlah sekitar 250 orang dan jumlah tersebut bertambah terus,” kata Hilman.
Simak: Pengungsi Rohingya Tulis Surat Terbuka kepada Suu Kyi
Tim medis Muhammadiyah juga memberikan nutrisi bagi ibu hamil dan menyusui, termasuk anak-anak balita suku Rohingya dengan melibatkan mitra lokal. “Itu dilakukan agar layanan kesehatan yang diberikan memiliki nilai manfaat secara holistik,” katanya.
Direktur Utama Lazismu Andar Nubowo menuturkan terdapat tiga kategori besar yang dijalankan lembaganya, yakni pendidikan, ekonomi kreatif, dan advokasi, termasuk pendampingan terhadap buruh migran. "Lazismu membuka diri untuk bermitra dengan siapa pun,” kata Andar.
Lihat: Empat Pengungsi Rohingya Tewas Terinjak Gajah di Bangladesh
Secara kultur, kata dia, mitra Lazismu adalah Muhammadiyah. Namun, Lazismu juga bekerja sama dengan Tim Nasional Percepatan Penaggulangan Kemiskinan (TNP2K), KontraS, Migran Care, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya. Sinergi Lazismu dengan mitra terpercaya bermakna ekosistem zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) pun menyeluruh.
Lazismu yakin akan terus berkembang sebagai lembaga zakat yang amanah, profesional, dan inovatif. Potensi zakat masih memiliki peluang besar untuk digali penghimpunannya. “Peluang-peluang potensial ini salah satunya melalui momentum kurban,” katanya.
EDI FAISOL