TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa Indonesia masih kekurangan pahlawan nasional perempuan hingga saat ini. Perbandingannya, dari total 169 pahlawan nasional yang sudah diakui, hanya belasan di antaranya yang perempuan.
"Total sejak Indonesia merdeka, yang sudah mendapatkan anugerah pahlawan nasional itu 169, 13 di antaranya perempuan," ujar Khofifah kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, 26 Oktober 2017.
Baca juga: JK Sebut Pendiri Nahdlatul Wathan Layak Jadi Pahlawan Nasional
Khofifah melanjutkan, saat ini dia bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan (TP2GP) serta Dewan Gelar tengah mengajukan empat kandidat penerima gelar pahlawan nasional baru. Empat kandidat tersebut berasal dari berbagai pulau selain Jawa, dan salah satunya merupakan perempuan untuk merespons kurangnya pahlawan nasional perempuan.
Kandidat pahlawan perempuan yang dimaksud adalah Malahayati yang berasal dari Aceh. Khofifah menjelaskan, nama Malayahati masuk daftar kandidat penerima gelar pahlawan nasional karena diusulkan oleh Konggres Wanita Indonesia (Kowani)
Sebagaimana diketahui, nama seseorang bisa dikaji dan dipertimbangkan sebagai kandidat penerima gelar pahlawan nasional apabila diusulkan. Jika tidak diusulkan, nama terkait tak akan dipertimbangkan.
Baca juga: Hari Pahlawan, Risma: Wartawan Bisa Jadi Pahlawan
"Malahayati itu melegenda tapi awalnya tidak ada yang mengusulkan. Ketika dua tahun lalu saya diundang ke kantor Kowani, saya lihat ada kapal tulisan Laksamana Malahayati. Saya dorong Kowani mengusulkan karena tidak bisa tanpa mengusulkan," ujar Khofifah.
Khofifah enggan memberikan bocoran siapa yang akhirnya akan menerima gelar pahlawan nasional. Ia mengatakan hal tersebut merupakan wilayah prerogatif Presiden Joko Widodo.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu selaku Ketua Dewan Gelar menyampaikan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada tiga orang sekaligus. Salah satunya adalah Malahayati.