Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Fakta Baru Soal Sejarah 1965 yang Diungkap Dokumen Rahasia AS

image-gnews
Sugimin (tiga dari kanan) saat menarik jenazah enam jenderal dan satu perwira dari sumur Lubang Buaya, 4 Oktober 1965. (Istimewa)
Sugimin (tiga dari kanan) saat menarik jenazah enam jenderal dan satu perwira dari sumur Lubang Buaya, 4 Oktober 1965. (Istimewa)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dokumen rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia periode 1964-1968 mengungkap sejumlah fakta tentang tragedi pembantaian ratusan ribu anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam dokumen tersebut, antara lain, disebutkan bahwa tentara Angkatan Darat terlibat dalam rencana penggulingan Presiden Sukarno setelah Gerakan 30 September 1965.

Misalnya, Angkatan Darat disebut mempersenjatai anggota Hansip di kampung-kampung untuk mengawasi pergerakan pendukung PKI dan memperluas rantai komando hingga pelosok desa. Mereka melibatkan organisasi keagamaan dalam pembantaian massal pada 1965-1966.

Baca: Dokumen Rahasia AS Soal Sejarah 1965 Diungkap ke Publik

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto, mengatakan dokumen yang dipublikasikan pemerintah Amerika itu mengungkap banyak fakta baru. Namun, dalam upaya rekonsiliasi dengan korban pembantaian 1965, pemerintah tidak bisa mengandalkan satu versi cerita. "Masih banyak tahapannya," kata mantan ajudan Sukarno ini, Rabu, 18 Oktober 2017.

Sebanyak 39 dokumen tersebut dipublikasikan secara terbuka atas permintaan lembaga nirlaba National Security Archive di The George Washington University, Amerika Serikat pada Selasa lalu. Kebanyakan di antaranya adalah surat kawat (telegram), laporan mingguan Kedutaan kepada Kementerian Luar Negeri AS, serta sebuah laporan situasi terbaru dari Direktur Intelijen Angkatan Udara RI.

Baca: Peneliti Masih Sulit Akses Arsip Otentik di ANRI

Sebuah telegram tertanggal 22 Desember 1965 dari Konsulat AS di Surabaya kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta, misalnya, menyatakan bahwa Angkatan Darat kerap menyerahkan tahanan PKI ke organisasi massa Islam untuk dibunuh. Setiap malam di Pasuruan, Jawa Timur, 10-15 orang dibantai. Para korban pembantaian ini menjadi bagian dari sekitar 500 ribu orang lainnya yang dibunuh selama periode itu.

Ada pula sebuah telegram tertanggal 9 Januari 1967 yang mengungkapkan keinginan tentara untuk menggulingkan Sukarno yang dituding membela PKI. Mayor Jenderal Sjarif Thayeb- saat itu menjadi konsultan politik untuk Soeharto- sempat mendatangi Kedubes Amerika. Sjarif mengatakan Soeharto yang saat itu menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat, bertekad menggulingkan Sukarno.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Ini Cara Jitu Berantas PKI Versi Sukarno

Saat itu Sjarif meyakinkan Kedutaan Besar AS bahwa Soeharto akan menjadi presiden setidaknya pada Maret 1967. Sjarif dan rekan-rekannya di Angkatan Darat merancang sebuah situasi agar reputasi Sukarno buruk di mata parlemen.

Pernyataan Sjarif itu terbukti. Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat digelar pada Maret tahun itu. MPR menolak pertanggungjawaban Sukarno dan selanjutnya menetapkan Soeharto sebagai presiden. Beberapa tahun kemudian, Sjarif Thayeb menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

Simak: Dokumen 1965 Diungkap, Amerika Terlibat dalam Pembantaian PKI

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto tidak mau berkomentar tentang dokumen tersebut. "Saya tidak tahu," kata dia di Kementerian Dalam Negeri, kemarin. Sedangkan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto belum merespons telepon dan menjawab pesan pendek Tempo untuk dimintai komentar.

Baca juga: Inilah Sederet Jejak Keterlibatan Amerika dalam G 30 S/1965

Infografis: Tanda-Tanda Isu PKI Bangkit Kembali di Jagat Maya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

5 Oktober 2021

Gubernur Lemhanas yang baru, Agus Widjojo, tiba dalam pelantikan di Istana Negara, Jakarta, 15 April 2016. TEMPO/Subekti.
Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

Agus Widjojo merupakan Gubernur Lemhannas yang menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi '65. Berikut adalah profil singkatnya.


Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

4 Oktober 2021

Ilustrasi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). (Foto Antara)
Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

Gus Dur pernah meminta maaf atas pembantaian yang menimpa ratusan ribu terduga simpatisan PKI setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S)


Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

1 Oktober 2021

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

S. Parman memiliki kakak yang merupakan petinggi PKI dan diduga mengetahui rencana penculikan para jenderal pada aksi G30S


Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

30 September 2021

Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

Siapa dalang sebenarnya di balik peristiwa G30S hingga kini masih menuai pertanyaan. Ada yang menyebut PKI, konflik militer, hingga CIA


Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

30 September 2021

Petugas mengecat Monumen Korban Keganasan PKI Tahun 1948 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. TEMPO/Ishomuddin
Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

PKI pernah terlibat dua pemberontakan melawan penjajahan kolonial Hindia Belanda


Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

29 September 2021

Diorama adegan saat anggota PKI menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di dalam Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Menjelang peringatan G30S, monumen ini akan ramai dikunjungi warga. TEMPO/Subekti.
Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

Kesehatan Maria Elizabeth Cornet menurun setelah anaknya, Pierre Tendean, wafat. Sementara Rukmini butuh bertahun-tahun memulihkan perasaannya


Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

29 September 2021

Adegan film dokumenter
Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

Jagal dan Senyap, dua film karya Joshua Oppenheimer ini punya cerita alternatif mengenai tragedi 1965


Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

29 September 2021

wartawan Umar Said (kanan)
Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

Setelah peristiwa G30S, pemerintahan Soeharto mencabut paspor mahasiwa Indonesia yang kuliah di negara-negara komunis


Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

24 November 2020

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan kepada calon kepala daerah yang direkomendasikan PDIP di Pilkada 2020. Pengarahan digelar di Kantor DPP PDIP, Jakarta, 19 Februari 2020. Tempo/Friski Riana
Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

Megawati menilai sejarah di masa 1965-1967 seperti dipotong dan dihapus oleh pemerintah Orde Baru.


YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

3 Oktober 2019

Komisioner Komnas HAM Amiruddin saat menerima Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 65) Bedjo Untung di Gedung Komnas HAM, Jakarta, 15 November 2017. YPKP 65 melaporkan bukti baru berupa penemuan kuburan massal di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. TEMPO/Subekti.
YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

YPKP 65, kata Bedjo, siap bekerja sama dengan Komnas HAM untuk menunjukkan lokasi keseluruhan kuburan massal.