INFO NASIONAL - Sebagai salah satu fasilitas kepabeanan yang diberikan Bea Cukai untuk pelaku usaha, Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) bagi para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) diharapkan dapat menjawab tantangan ekspor secara global. KITE merupakan jawaban bagi para pelaku IKM dalam menekan biaya produksi sehingga keuntungan dan daya saing dapat meningkat, yang pada akhirnya bisa menstimulus pelaku IKM untuk melakukan ekspor dan meningkatkan devisa negara.
Hal ini dibahas pada Jakarta International Logistics and Supplies Expo (JILSE) Forum 2017. Selain menyosialisasikan KITE-IKM, Bea Cukai juga mendiskusikan secara langsung tantangan dan kesempatan yang dihadapi para pelaku IKM. Direktur Fasilitas Kepabeanan Bea Cukai Robi Toni menjelaskan tujuan sosialisasi KITE-IKM ini. "Selain untuk memperluas penyebaran informasi dan transfer of knowledge tentang fasilitas industri yang dimiliki pemerintah, khususnya fasilitas KITE IKM, melalui forum ini kami bisa mendapatkan perkembangan informasi terkini mengenai hambatan (threat) dan kesempatan (opportunities), yang dihadapi IKM dalam melakukan atau meningkatkan ekspor,” katanya.
Menurut dia, diskusi juga untuk menyediakan kesempatan business matching antara pemerintah, IKM, pelaku usaha logistik, pelaku usaha manufaktur, konsultan, badan usaha milik negara (BUMN), lembaga keuangan, untuk menghadirkan produk dan solusi, berbagi pengalaman, serta jaringan. “Terakhir forum ini bertujuan untuk mempertegas komitmen pemerintah dalam melakukan sinergi untuk mendukung industri nasional," ujarnya.
Fasilitas KITE-IKM dinilai memberikan berbagai dampak positif, seperti menurunkan biaya produksi, meningkatkan kapasitas dan utilitas produksi, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan output dan keuntungan, serta daya saing.
Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih memberikan gambaran perkembangan IKM 2013 hingga 2016 dan harapannya akan KITE-IKM. "Jumlah unit usaha IKM meningkat pesat selama tiga tahun. Jika pada 2013 terdapat 3,43 juta IKM di Indonesia, maka pada 2016 jumlahnya meningkat menjadi 4,4 juta,” ucapnya.
Menurut Gati, hal ini membanggakan, terlebih lagi pada 2016 ada 4,27 persen kontribusi IKM terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. “Masalah yang dihadapi IKM saat ini adalah modal, pemasaran, dan bahan baku. Diharapkan dengan adanya program e-smart IKM, fasilitas KITE-IKM, dan fasilitas pembiayaan ekspor akan membantu menyelesaikan masalah yang ada," tuturnya.
Ia menambahkan masukan terkait dengan fasilitas KITE-IKM dan fasilitas pembiayaan ekspor, seperti membuat saluran impor dan ekspor bahan baku dan hasil produksi IKM yang lebih menyebar, antara lain melalui pendirian Pusat Logistik Berikat (PLB), pengaplikasian peran konsorsium pada sentra IKM, semakin dipermudahnya pengurusan Izin Usaha Industri (IUI) kecil dan dokumen kelengkapan di semua daerah, dan perlu adanya struktur biaya dari masing-masing komoditas IKM. (*)