TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau yang kerap disapa Jokowi mengatakan kasus penyalahgunaan obat ilegal merupakan fenomena puncak gunung es. Jokowi menilai masih banyak kasus penggunaan dan penyebaran obat ilegal yang tidak terpantau atau ditindak aparat.
“Di bawah ada potensi masalah besar dan perlu dapat perhatian bersama,” katanya dalam sambutan di acara Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat, di Cibubur, Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2017.
Baca : Jokowi Minta Pengedar Narkoba Ditembak, Ini Syaratnya
Hadir dalam acara itu Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Kusumastuti Lukito dan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto. Lalu, ada grup musik Slank yang hadir sebagai bintang tamu.
Di kesempatan itu, Presiden Jokowi melontarkan beberapa pertanyaan kepada Kepala Bareskrim Ari Dono. Salah satu yang ditekankan Jokowi ialah hukuman bagi bandar dan pelaku pengedar narkoba. “Sekarang yang kejam apa (hukumannya)? Tegasnya,” ujarnya.
Baca : Polisi: Indonesia Masih Jadi Pasar Utama Peredaran Narkoba Dunia
“Kalau ada unsur pidana ditangkap,” ucap Ari Dono. Tak puas dengan jawaban itu, Presiden Jokowi kembali mencoba bertanya. “Tidak perlu digebukin ramai-ramai? Saya jengkel kadang-kadang,” tutur Jokowi. Ari Dono pun menjawab, “Tidak boleh.”
Kepala Negara tampak penasaran dengan kegelisahan yang dirasakan. Jokowi pun memanggil personel Slank, Bimo Setiawan atau akrab disapa Bimbim. Presiden Jokowi kembali menanyakan hukuman apa yang pas untuk bandar dan pengedar narkoba. “Hukuman maksimal didor (tembak),” kata Bimbim. “Iya. Yang saya tunggu terakhir tadi,” ucap Jokowi.