BURT DPR Akan ke Jerman, Berikut Tujuan dan Perkiraan Biayanya  

Reporter

Rabu, 30 Agustus 2017 14:57 WIB

Ilustrasi sidang DPR. ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan melakukan lawatan ke Jerman pada 25 September hingga 2 Oktober mendatang. Wakil Ketua BURT Agung Budi Santoso mengatakan kunjungan kerja ini untuk memperoleh referensi penguatan parlemen dari negara lain. “Kami juga akan mempelajari gedung,” ujarnya di Gedung DPR, Selasa, 29 Agustus 2017.

Bila mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 Tahun 2017 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2017, biaya kunjungan 15 anggota DPR ke Jerman itu diperkirakan senilai US$ 327.795 atau sekitar Rp 4,3 miliar. Biaya itu termasuk uang saku US$ 53.640 atau sekitar Rp 715 juta selama delapan hari untuk seluruh peserta kunjungan. Uang saku masing-masing anggota US$ 447 atau hampir Rp 6 juta per hari.

Baca juga: DPR Anggarkan Kunjungan Luar Negeri Rp 343,5 Miliar pada 2018

Menurut Agung, kunjungan itu sudah dirumuskan sejak tahun lalu. Jerman dipilih karena memiliki parlemen yang modern. BURT perlu mempelajari gedung parlemen Jerman sebagai salah satu bahan acuan pembangunan gedung baru DPR nanti.


Maket gedung baru MPR/DPR - TEMPO/Imam Sukamto


Mereka juga akan membandingkan sistem keamanan, arsip, hingga apa saja fasilitas yang didapat anggota Dewan Jerman dengan parlemen Indonesia. Sistem itu akan diaplikasikan di Indonesia. “Namun disesuaikan dengan kondisi. Misal, jika sistem arsip di sana bagus, mungkin akan diaplikasikan (di Indonesia),” ujar politikus Partai Demokrat itu.

Wakil Ketua DPR Bidang Ekonomi dan Keuangan Taufik Kurniawan menyatakan kunjungan ke Jerman merupakan satu rangkaian dengan rencana pembangunan gedung baru. “Ini semifinal untuk melihat pembandingnya,” katanya. “Kunjungan ini juga sudah dirapatkan pimpinan DPR,” ucapnya.

Simak pula: Soal Gedung Baru, Sri Mulyani Minta DPR Dengarkan Suara Rakyat

Usul proyek gedung baru DPR muncul pada 2015. Pembangunan itu masuk tujuh megaproyek DPR, yakni museum dan perpustakaan, jalan akses tamu ke gedung DPR, ruang pusat kajian legislasi, integrasi kawasan tempat tinggal anggota Dewan, serta visitor center.

Ketika itu, rencana pembangunan gagal karena ditolak masyarakat. Kali ini, pembangunan gedung baru itu mendapat angin dari pemerintah. Kementerian Keuangan mengalokasikan Rp 601 miliar untuk pembangunan gedung baru dan alun-alun demokrasi dalam anggaran 2018.

Direktur Komite Pemantau Legislatif Syamsuddin Alimsyah mengatakan kunjungan BURT ke Jerman ini membuktikan DPR tidak memahami kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Para wakil rakyat itu justru memberikan contoh sikap boros ketika situasi perekonomian sedang lesu.

“Ini ironi. Pembangunan sebuah gedung harus membutuhkan studi banding sampai ke Jerman,” ujarnya. Belum lagi, rencana pembangunan gedung baru yang membutuhkan anggaran triliunan rupiah itu banyak mendapat penolakan dari publik.

Adapun peneliti di Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lucius Karus, menyatakan kunjungan kerja itu merupakan akal-akalan agar dapat jalan-jalan ke luar negeri. Alasannya, “Sangat aneh ke luar negeri, padahal anggaran gedung sudah mereka ajukan,” tuturnya. “Mereka ingin wisata gedung parlemen, bukan mempelajari tata kelola modern.”

HUSSEIN ABRI DONGORAN

Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

5 jam lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

5 jam lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

6 jam lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

22 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

3 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

3 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

4 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

4 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya