Tokoh 17 Agustus: Shinatria, Kapal Nazi, dan Teknik Fotogrametri  

Reporter

Selasa, 15 Agustus 2017 13:15 WIB

Shinatria Adhityatama dalam penemuan kapal Jerman milik Nazi di perairan laut Jawa pada 2013. Olahraga menyelam ia geluti sejak duduk di bangku SMA, dan telah dua sertifikat scuba divers dari Confederation Mondiale des Activites Subaquatiques (CMAS). Pertama, dua bintang (advance) scuba divers atas jam selamnya yang sudah 400 kali. Kedua, sertifikat selam khusus deep dive dan navigasi. Dok. Pribadi


Bisa dibilang Adit termasuk arkeolog maritim yang cukup produktif. Selain kapal selam Nazi, pada tahun yang sama dia dan tim dari Puslit Arkenas berhasil mengungkap lingkungan budaya maritim di Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat, dan menemukan reruntuhan kapal perang Australia pada Perang Dunia II di Selat Sunda.

Pada 2016, Shinatria bahkan diminta bergabung dalam ekspedisi internasional pencarian Kapal Fortuyn di Pulau Christmas dan Cocos, utara Australia. Wilayah ini berdekatan dengan perairan bagian selatan Laut Jawa. Tim ini dipimpin Greame Henderson, pakar arkeologi bawah laut dari Wreck Check Inc, lembaga nonprofit asal Australia. Dia, tentunya membawa nama Puslit Arkenas.

"Tak sembarangan orang bisa menyelam di kawasan perairan ini," kata dia, yang juga pernah mengungkap kapal dagang era Dinasti Qing di Laut Natuna. "Cocos dan Christmas merupakan kawasan heritage yang dijaga ketat pemerintah Australia."

Kapal Fortuyn (kerap juga dieja Fortuin) adalah sebuah kapal milik Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda, yang diduga tenggelam pada 1724 pada pelayaran pertamanya. Kapal yang dipimpin Pieter Westrik ini berlayar dari Texel, Belanda, ke Batavia pada 27 September 1723.

Baca: Tokoh 17 Agustus: Dua Srikandi Mendaki Tujuh Puncak Dunia


Shinatria Adhityatama dan tim saat eksplorasi di Hitu, Maluku Tengah. (TEMPO/Rere Khairiyah)

Meski bertitel arkeolog maritim, tapi penelitiannya tidak melulu soal kapal karam dan bawah laut. Contohnya pada 2016, Adit menyelam di bawah Danau Matano Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

"Kami temukan dua hal. Pertama, bekas perkampungan yang tenggelam. Kedua, tembikar dan alat batu yang umurnya diperkirakan 2.000 tahun. Namun, kami belum temukan konteks dan korelasi keduanya," Adit menjelaskan. Saat ini, temuan tersebut masih diteliti lebih lanjut.

Dari kegiatan arkeologi maritimnya selama ini, Adit telah menelurkan setidaknya 12 publikasi ilmiah karya gabungan. Meski begitu, dia tak mau sesumbar. Sebab, Adit menjelaskan, arkeologi adalah kerja tim. Dan dari kerja sama tim itulah karya arkeologi yang baik lahir. "Saya puas sekaligus bangga terlibat dalam penelitian itu," ujarnya.

Baca: Tokoh 17 Agustus: Save Yourselves, Karena Hidup Lebih Bermakna


Shinatria Adhityatama saat penelitian kapal selam U-boat milik Nazi Jerman. (Istimewa)

Selanjutnya: Hasil survei di Hitu

Berita terkait

Balai Arkeologi Melebur ke BRIN, Pegawai Honorer Diberhentikan

5 Januari 2022

Balai Arkeologi Melebur ke BRIN, Pegawai Honorer Diberhentikan

Pegawai yang masih bertahan di Balai Arkeologi dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional hanya cleaning service, satpam, dan sopir.

Baca Selengkapnya

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Ikut Melebur ke BRIN, Ini Kata Arkeolog

5 Januari 2022

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Ikut Melebur ke BRIN, Ini Kata Arkeolog

Ada 10 balai arkeologi yang kini terintegrasi dengan BRIN.

Baca Selengkapnya

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.

Baca Selengkapnya

Peneliti: Lukisan Gua di Sulawesi Selatan Petunjuk Penting Jalur Migrasi Purba

15 Januari 2021

Peneliti: Lukisan Gua di Sulawesi Selatan Petunjuk Penting Jalur Migrasi Purba

Untuk lukisan gua, peneliti masih melebarkan riset ke arah Indonesia timur.

Baca Selengkapnya

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi Selatan, Berusia 45.500 Tahun

15 Januari 2021

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi Selatan, Berusia 45.500 Tahun

Lukisan gua itu dianalisis menggunakan metode Uranium-Series di Radiogenic Isotope Fasility, University of Quensland, Australia.

Baca Selengkapnya

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.

Baca Selengkapnya

Arkeolog: Banyak Situs Bawah Laut di Indonesia Belum Terungkap

26 September 2017

Arkeolog: Banyak Situs Bawah Laut di Indonesia Belum Terungkap

Penemuan 60 kapal Romawi kuno di Laut Hitam ternyata menarik perhatian ilmuwan Indonesia, terutama di bidang arkeologi maritim.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.

Baca Selengkapnya

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.

Baca Selengkapnya