Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, menyampaikan pesan moral kebangsaan dan catatan akhir tahun dengan tema anak ayam tak boleh kehilangan induknya, di Gedung PBNU, Jakarta, 24 Desember 2015. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan menonton YouTube tentang radikalisme dan terorisme lebih berbahaya dibanding menonton pornografi.
"Menonton YouTube tentang pornografi lebih ringan daripada terorisme. Terorisme itu lebih bahaya daripada gambar perempuan telanjang," kata Said dalam acara penandatanganan nota kesepahaman Gerakan Nasional Revolusi Mental antara PBNU dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu, 3 Mei 2017. Baca: Setara Dukung Kapolri Bubarkan Hizbut Tahrir yang Dianggap Meresahkan
Dalam konteks tersebut, bukan berarti Said membenarkan tindakan mengonsumsi materi pornografi, tapi ingin menunjukkan berbagai hal yang terkait terorisme di dunia maya sejatinya memiliki aspek kerawanan karena memberi dampak pada kejahatan kemanusiaan.
Menurut dia, orang yang menonton pornografi cenderung akan merasa bersalah, tapi tidak jika melihat materi terorisme. Individu yang menyaksikan materi terorisme ada kecenderungan akan teracuni pikirannya sehingga membenarkan tindakan membunuh untuk menghapus dosa.
Selain itu, kata dia, ada kerentanan individu terpicu melakukan radikalisme tanpa mengetahui konteks jihad sesungguhnya yang diajarkan agama.
"Setelah menonton materi terorisme, dia keluar dari rumah membunuh dan dibunuh, maka dosanya dimaafkan, masuk surga. Mereka tidak tahu konteks apa dan kapan situasi untuk berjihad. Padahal konteksnya dalam situasi perang. Kalau keadaan aman, kemudian keluar ngebom, yang melakukan itu orangnya pasti banyak dosanya," ucapnya.