Ketua DPR RI Setya Novanto diwawancarai awak media usai menjalani pemeriksaan selama 7 jam oleh penyidik di Gedung KPK, Jakarta, 13 Desember 201. Ketua Umum Partai Golkar tersebut dimintai keterangannya sebagai saksi untuk tersangka mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Sugiharto atas kasus dugaan korupsi proyek pengadaan KTP berbasis elektronik tahun anggaran 2011-2012. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto mengunjungi Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Tapi, Setya Novanto enggan berkomentar banyak perihal kunjungannya ke negeri Abang Sam itu. Termasuk soal apakah ia bertemu kembali dengan Presiden Amerika terpilih Donald Trump.
"Yah soal itu nanti saya jelaskan," kata Setya Novanto kepada wartawan sambil berlalu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 6 Januari 2017.
Dalam kunjungannya ke AS pada 2015, ia hadir dalam kampanye Donald Trump. Saat itu, Donald Trump masih berstatus sebagai bakal calon presiden dari Partai Republik.
Ketua Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Golkar Yorrys Raweyai menjelaskan kunjungan beberapa pengurus DPP Golkar ke Amerika sebatas liburan. "Gak ada itu (pertemuan dengan Trump). Liburan aja," katanya saat dihubungi Selasa, 3 Januari lalu. Ia juga mengatakan ikut ke Amerika.
Saat Trump memenangkan Pemilu Amerika, Setya mengaku turut berbahagia. Menurutnya, terpilihnya Trump, bakal membawa kebaikan dalam hubungan bilateral Indonesia dan AS.
Akibat kunjungannya ke Amerika kali ini, Setya absen saat dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan proyek e-KTP. KPK pun mengatur ulang jadwal pemeriksaan Setya menjadi pekan depan.