Anggota Dewan Minta Pemerintah Evaluasi Kebijakan Bebas Visa

Reporter

Selasa, 20 Desember 2016 23:00 WIB

Presiden Jokowi (tengah) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menerima Presiden Republik Ukraina Petro Poroshenko (kedua dari kiri) dan Ibu Maryna Poroshenko di Istana Merdeka, Jakarta, 5 Agustus 2016. Kebijakan bebas visa berlaku bagi pemegang paspor dinas dan diplomat, pendidikan diplomatik, pertahanan, dan pertanian. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Jazuli Juwaini meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan bebas visa yang diterapkan bagi 169 negara. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera tersebut, hal itu perlu dilakukan menyusul adanya laporan pelanggaran warga negara asing di Indonesia yang sudah pada taraf mengkhawatirkan dan meresahkan.

Jazuli berujar, pelanggaran tersebut tidak bisa dilepaskan dari sejumlah kebijakan pemerintah yang melonggarkan arus orang, salah satunya kebijakan bebas visa. Jazuli mengatakan, pemerintah harus merespon serius kekhawatiran dan keresahan masyarakat dengan menimbang secara cermat antara target yang ingin dicapai dan ekses negatif dari kebijakan itu.

"Kita tentu tindak anti asing karena pergaulan antar negara adalah keniscayaan. Tapi, seperti yang dilakukan negara manapun, masuknya warga negara asing perlu diatur dengan baik, perlu sistem kontrol yang kuat, perlu kesigapan jajaran Imigrasi, sehingga tidak kecolongan. Kalau tidak, ini bisa menjadi bom waktu," kata Jazuli dalam rilisnya, Senin, 19 Desember 2016.

Menurut Jazuli, berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi manusia, warga negara asing (WNA) yang paling banyak melanggar kebijakan bebas visa hingga pertengahan 2016 ini adalah warga negara Cina dengan 1.180 pelanggaran, Bangladesh dengan 172 pelanggaran, Filipina dengan 151 pelanggaran, dan Irak dengan 127 pelanggaran.

Jazuli mendesak pemerintah untuk segera mengevaluasi kebijakan bebas visa karena, sejak kebijakan bebas visa diterapkan, arus masuk WNA semakin deras. Banyak pula persoalan-persoalan lain seperti peningkatan pelanggaran izin tinggal WNA, membludaknya tenaga kerja WNA, serta terbukanya celah pintu masuk bagi jaringan narkoba dan terorisme.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

17 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

1 hari lalu

Vietnam Didatangi 6,2 Juta Turis Asing pada Januari - April 2024, Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi

Korea Selatan tercatat sebagai negara penyumbang wisatawan asing terbesar di Vietnam dengan jumlah 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

1 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

1 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

1 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

3 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

6 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

6 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya