Penutupan Pelatihan Kader Bela Negara untuk ormas dan pegiat LSM oleh Kementerian Pertahanan di gedung diklat bela negara Rumpin, Bogor, 31 Juli 2016. TEMPO/Yohanes Paskalis
TEMPO.CO, Bogor - Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan (Dilkat) Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin mengatakan para kader pelatihan bela negara juga mendapat intelijen dasar, sebagai bekal kecekatan memberi informasi saat mereka telah kembali ke masyarakat. Kecekatan tersebut bisa mendukung upaya aparat mencegah terorisme.
"Mereka diajarkan cara memberi informasi, bagaimana menjadi info 'A1' atau 'A2'. Dia tak masa bodoh lagi pada teroris, bisa lapor cepat," ujar Asrin setelah penutupan pelatihan kader bela negara untuk organisasi masyarakat dan pegiat lembaga swadaya di balai diklat Kemhan Rumpin, Bogor, Ahad, 31 Juli 2016.
Asrin yang mengaku sebagai ahli intelijen memberi langsung materi tersebut, salah satunya dalam pelatihan bela negara yang dilaksanakan pada 28-31 Juli 2016. Pelatihan itu diikuti 216 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Kemampuan intelijen dasar, ujar Asrin, membantu kader bela negara menjadi warga negara Indonesia yang produktif. "Sebagai pemberi informasi pada aparat keamanan tentang situasi di lingkungan mereka. Tentu yang mereka laporkan kita cek dengan sumber lain, dinilai," ujarnya.
Bamsoet Tegaskan FKPPI Harus Mampu Menjaga Pemilu Damai
21 Januari 2024
Bamsoet Tegaskan FKPPI Harus Mampu Menjaga Pemilu Damai
Bamsoet menegaskan peran Front Keadilan Pemuda dan Pemudi Indonesia (FKPPI) sebagai bagian integral dari bela negara, yang harus mampu menjaga kelancaran Pemilu 2024.
SBY Tetapkan 19 Desember Hari Bela Negara, Apa Alasannya?
19 Desember 2023
SBY Tetapkan 19 Desember Hari Bela Negara, Apa Alasannya?
Peringatan Hari Bela Negara ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono untuk mengenang jasa-jasa pahlawan dalam mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia pada 19 Desember 1948
Bela negara bukan sekadar siap angkat senjata. Bela negara termasuk mengatasi ancaman ideologi yang menyuburkan intoleransi, separatis, dan pemahaman religi yang dangkal.