Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

SBY Tetapkan 19 Desember Hari Bela Negara, Apa Alasannya?

image-gnews
Serka Iswanto dari Denmatra 2 Kopasgat melakukan terjun payung dengan membawa bendera Merah Putih raksasa dalam gladi bersih Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Selasa 3 Oktober 2023. Gladi bersih yang diikuti 4.630 personel dan 130 alutsista dari tiga matra TNI tersebut digelar untuk persiapan HUT TNI pada Kamis (5/10). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Serka Iswanto dari Denmatra 2 Kopasgat melakukan terjun payung dengan membawa bendera Merah Putih raksasa dalam gladi bersih Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Selasa 3 Oktober 2023. Gladi bersih yang diikuti 4.630 personel dan 130 alutsista dari tiga matra TNI tersebut digelar untuk persiapan HUT TNI pada Kamis (5/10). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 17 tahun yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) menetapkan Hari Bela Negara. Dilansir dari antara, penetapan 19 Desember sebagai Hari Bela Negara dilakukan untuk memperingati berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk 19 Desember 1948.

“Saya telah mengeluarkan keputusan Presiden untuk menetapkan 19 Desember sebagai Hari Bela Negara,” kata SBY.

Melalui Keppres No. 28 Tahun 2006 Presiden SBY memandang perlunya penetapan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara, dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

Dalam setiap peringatan Hari Bela Negara masyarakat dapat melaksanakan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Bela Negara (PKBN). Dilansir dari kesbangpol.kulonprogokab.go.id, setidaknya ada lima nilai dasar pelaksanaan bela negara, di antaranya adalah:

  1. Cinta tanah air
  2. Sadar berbangsa dan bernegara
  3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
  4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
  5. Memiliki kemampuan awal bela negara

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penetapan Hari Bela Negara dilatarbelakangi oleh sejarah pembentukan PDRI. Saat itu, PDRI dibentuk karena adanya Agresi Militer II Belanda yang melancarkan serangan ke Ibu Kota Indonesia yang saat itu di Yogyakarta.

Dilansir dari sumbarporv, peristiwa itu terjadi pada Minggu pukul 05.45, tanggal 19 Desember 1948. Saat itu lapangan terbang Maguwo Jogjakarta (sekarang Adisutjipto) diserang dan ditembaki oleh Belanda menggunakan lima pesawat Mustang dan sembilan pesawat Kittyhawk.

Belanda mengumumkan bahwa mereka tidak lagi mematuhi Perjanjian Renville dan tidak lagi mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Serangan itu kemudian dikenal sebagai Agresi Militer II.

Ibukota Negara yang saat itu berada di Yogyakarta berhasil direbut oleh Belanda. Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa menteri ditawan oleh Belanda, menyebabkan lumpuhnya pemerintahan Republik Indonesia. Belanda menyatakan kepada dunia bahwa Republik Indonesia telah bubar.

Agresi Militer II menargetkan seluruh wilayah Indonesia, dengan fokus utama pada Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota RI. Dengan pertahanan yang lemah di Yogyakarta, kota itu berhasil dikuasai dalam 25 menit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun begitu, tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, termasuk mereka yang berasal dari Sumatera Barat, tidak tinggal diam. Tokoh-tokoh pemikir dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia banyak yang berasal dari Sumatera Barat. Meskipun Belanda berusaha menjatuhkan pemerintahan RI, rakyat Indonesia tetap bertekad mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada saat itu, kepemimpinan negara diambil alih oleh dua tokoh Sumatera Barat, yaitu Sjafruddin Prawiranegara dan Muhammad Rasyid. Mereka membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan menjadikan Bukittinggi sebagai ibukota negara setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Presiden Sukarno memberikan mandat kepada Sjafruddin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk PDRI.

Mandat tersebut berbunyi, "Kami Presiden RI memberitahukan bahwa pada hari Minggu, tanggal 19 Desember 1948, pukul 6 pagi, Belanda telah memulai serangannya atas ibukota Jogyakarta. Jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya, kami menugaskan pada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Republik Indonesia, untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera."

Meskipun Bukittinggi juga diserang oleh Belanda, kota ini justru memberikan perlawanan. Sjafruddin Prawiranegara yang sedang berada di Bukittinggi bersama TM Hasan (Ketua Komisariat Pemerintahan Pusat) dan Residen Sumatera Tengah Muhammad Rasyid membentuk PDRI dan melanjutkan perang gerilya melawan Belanda.

Sejak saat itu, pusat pemerintahan RI berada di Bukittinggi. Untuk mempertahankan kedaulatan negara dan eksistensi Republik Indonesia di mata dunia, NKRI harus tetap ada. Meskipun Belanda terus berusaha membubarkannya dengan menyerang PDRI, Sjafruddin berhasil bertahan dengan melakukan perang gerilya dari hutan ke hutan di berbagai wilayah Sumatera. PDRI tetap eksis hingga Juli 1949.

Ketika situasi telah kembali aman, pada tanggal 13 Juli 1949, Sjafruddin mengembalikan mandatnya kepada Sukarno. Dalam upacara sederhana di hadapan sejumlah menteri dan pejabat tinggi negara, serta didampingi Jenderal Soedirman, Sjafruddin memimpin langsung serah terima tersebut.

Pilihan Editor: Peringati PDRI Puluhan Milenial dan Gen Z Lakukan Ekspedisi di 3 Tempat

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

2 jam lalu

Keripik sanjai/Foto: Dapur Kintamani
Dari Camilan Anak-anak, Keripik Sanjai dari Bukittinggi Kini Jadi Oleh-oleh Khas Sumatra Barat

Masyarakat Kampung Sanjai di Bukittinggi dulunya mayoritas berkebun singkong. Hasil kebun sering bersisa, lalu dibuatkan keripik cemilan anak-anak.


Polda Sumbar Tangkap 2 Penambang Emas Ilegal, Pemilik Modal Masih Diburu

5 jam lalu

Konferensi Pers Polda Sumbar pada Jumat 3 Mei 2024 terkait penangkapan 2 penambang emas ilegal di Kabupaten Solok. Foto: Humas Polda Sumbar
Polda Sumbar Tangkap 2 Penambang Emas Ilegal, Pemilik Modal Masih Diburu

Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) menangkap 2 pelaku penambang emas ilegal di Kabupaten Solok pada Senin 29 April 2024 lalu.


Demokrat Klaim Ide Presidential Club Sudah Ada Sejak era SBY

7 jam lalu

Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief usai jalani sidang daring sebagai saksi dalam sidang kasus korupsi Pemkab Penajam Paser Utara (PPU) di Gedung Merah Putih KPK pada Kamis, 4 Januari 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Demokrat Klaim Ide Presidential Club Sudah Ada Sejak era SBY

Demokrat menyatakan ide pembentukan presidential club sebetulnya sudah tercetus sejak 2014.


Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

9 jam lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?


Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

23 jam lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memberikan keterangan pers di Kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara No. 4, Jakarta Selatan, Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Defara
Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.


Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

1 hari lalu

Prabowo Subianto, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokow Widodo. TEMPO
Presidential Club Dinilai Sulit Terbentuk Mengingat Hubungan Megawati, Jokowi, dan SBY

Sejumlah pakar menilai pembentukan presidential club oleh Prabowo Subianto sulit terbentuk mengingat hubungan antara Megawati, SBY, dan Jokowi.


Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo bersama Presiden Terpilih Prabowo Subianto (kanan) menerima kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri Singapura Terpilih Lawrence Wong (kiri) di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin 29 April 2024. Lee berkunjung dalam rangka pertemuan Singapore-Indonesia Leader's Retreat yang kali ini dijamu oleh Jokowi. TEMPO/Subekti.
Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

Presiden terpilih Prabowo berniat membentuk 'Presidential Club' yang terdiri atas para mantan Presiden RI untuk menjadi semacam penasihat pemerintah.


Reaksi Internal KIM atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

2 hari lalu

Presiden Jokowi bersama rombongan terbatas termasuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertolak menuju Jawa Timur untuk kunjungan kerja, Lanud TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 8 Maret 2024. Foto Biro Pers Sekretariat Presiden
Reaksi Internal KIM atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Gerindra menyatakan Prabowo sudah mendiskusikan pembentukan presidential club sejak bertahun-tahun lalu.


Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

3 hari lalu

Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto menghadiri acara halalbihalal dan silaturahmi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Seven, Jakarta Pusat, Minggu, 28 April 2024. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat seperti, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Menkominfo Budi Arie Setiadi, Menteri Investasi Bhlil Lahadalia hingga kedubes Arab Saudi. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.


Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

3 hari lalu

Prabowo Subianto, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokow Widodo. TEMPO
Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

Prabowo disebut memiliki keinginan untuk secara rutin bertemu dengan para presiden sebelum dia.