Ketua Umum Muhammadiyah: Perlu Dialog Lagi dengan Korban 65

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Minggu, 15 Mei 2016 00:22 WIB

Ketua Umum PP Muhammadyah periode 2015-2020, Haedar Nashir saat wawancara dengan wartawan usai ditetapkan sebagai Ketua Umum Muhammadyah pada Muktamar ke-47 di Makassar. TEMPO/Muhammad Yunus

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah berharap perlu ada dialog kembali dalam Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta pada 18-19 April lalu. "Jangan formulasi hasil karena terjadi tarik menarik," kata Haedar seusai pembukaan Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah di Hotel Sahid Rich Yogyakarta, Sabtu, 14 Mei 2016.

Menurut Haedar, sejumlah kalangan perlu bicara masa lampau. Di antaranya Tentara Nasional Indonesia, Polisi Republik Indonesia, pemerintah, kalangan legislatif, organisasi masyarakat, dan masyarakat sipil. Haedar juga mengiyakan ketika ditanya perlunya dialog dengan korban 65. Dialog itu, kata Haedar menjadi bahan untuk refleksi semua kalangan.

Haedar juga menjawab ihwal maraknya pembubaran diskusi maupun pemberangusan kebebasan berekspresi menjelang 21 Mei, peringatan 18 tahun reformasi 1998. Menurut dia, perlu konsensus nasional yang baru antar elemen bangsa yang ikut memperjuangkan reformasi.

Konsensus yang dimaksud Haedar adalah pemerintah perlu punya standar regulasi soal artikulasi kebebasan berekspresi. Di negara yang plural seperti Indonesia, mereka yang punya pandangan garis keras merasa berada dalam iklim demokrasi. Begitu pula sebaliknya dengan kalangan lainnya.

Kalangan yang memperjuangkan reformasi perlu bertemu untuk mereformulasi Indonesia ke depan dengan melihat perkembangan demokrasi, penegakan hal asasi manusia, dan kesejahteraan masyarakat. Mereka perlu mendengar masukan ahli hukum, tata negara, dan masyarakat sipil. Perlu konsolidasi dalam hal demokrasi, penegakan hak asasi manusia, dan masyarakat sipil.

Isu yang krusial segera dibahas, kata Haedar adalah artikulasi kebebasan yang muncul dari beragam kelompok. Dia menyebut ada kelompok yang serba ke kanan dan serba kiri. Mereka semua menyatakan bagian dari Indonesia. Haedar berpendapat perlu mencari titik temu untuk artikulasi kebebasan dengan prinsip demokrasi, menghormati hak asasi manusia, dan sesuai nilai-nilai Pancasila.

Menurut dia, Indonesia perlu menyiapkan peta jalan untuk tahapan-tahapan menjadi negara maju. Jika tidak segera disiapkan, maka Indonesia akan stagnan. Ia melihat Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla punya etos baru melakukan reformasi, di antaranya birokrasi dan kesejahteraan langsung ke masyarakat. "Semuanya perlu dialog antar-komponen bangsa. Kalau tidak ada dialog akan kontraproduktif," kata Haedar.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Muhammadiyah Jawab Soal Kursi Menteri Pendidikan di Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Muhammadiyah Jawab Soal Kursi Menteri Pendidikan di Kabinet Prabowo

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti buka suara terkait jatah kursi menteri di Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Apa katanya?

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

1 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

2 hari lalu

PP Muhammadiyah Tekankan Jamaah soal Jaga Lingkungan Menjelang Ibadah Haji

Ada tiga larangan di Al-Qur'an bagi jamaah saat melaksanakan ibadah haji.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Tegaskan Nikah Beda Agama Tidak Diperbolehkan

2 hari lalu

Muhammadiyah Tegaskan Nikah Beda Agama Tidak Diperbolehkan

Abdul Mu'ti mengimbau masyarakat mematuhi ketentuan dalam kompilasi hukum Islam bahwa nikah beda agama tak diperbolehkan.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri

2 hari lalu

Muhammadiyah Klaim Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo soal Kursi Menteri

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menanggapi soal jatah kursi menteri di Kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Buka Suara soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Muhammadiyah Buka Suara soal Jatah Kursi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Abdul Mu'ti mengaku pihaknya akan mendegasikan kadernya dengan senang hati apabila Muhammadiyah diberi amanah oleh Prabowo.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Kalah dari Irak, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Seperti Politik, Kalah Menang Biasa

4 hari lalu

Timnas U-23 Kalah dari Irak, Ketua Umum PP Muhammadiyah: Seperti Politik, Kalah Menang Biasa

Haedar Nashir berpesan kepada punggawa Timnas U-23 dan para pendukungnya menyikapi kekalahan itu dengan bijaksana.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

6 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

8 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Gagal ke Final, Haedar Nashir: Pahlawan Bangsa Tanpa Mahkota Juara

8 hari lalu

Timnas U-23 Gagal ke Final, Haedar Nashir: Pahlawan Bangsa Tanpa Mahkota Juara

Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan publik sebaiknya belajar cara berjuang kolektif bersama Timnas U-23.

Baca Selengkapnya