Soal Kurikulum Sejarah 1965, Ini kata Hilmar Farid  

Reporter

Selasa, 26 Januari 2016 17:55 WIB

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menegaskan sikapnya yang mengkritik penulisan sejarah, terutama seputar tragedi 1965. Meski memiliki otoritas, Hilmar tidak mau serta-merta mengubah kurikulum sejarah tentang periode tersebut. Mengapa?

Berikut ini petikan wawancara Hilmar dengan tim Tempo yang dilakukan pada Selasa dua pekan lalu di ruang kerjanya.


Dengan latar belakang sebagai sejarawan, upaya apa yang akan Anda lakukan terkait dengan pelurusan sejarah 1965?


Posisi birokrasi adalah memfasilitasi perdebatan dan diskusi yang ada di masyarakat. Kritik saya terhadap penulisan sejarah 1965 bukan rahasia, semua orang tahu. Tapi kini saya bukan lagi sebagai peserta perdebatan. Yang ingin saya pastikan adalah perdebatan itu berlangsung secara baik.

Entah bentuknya konferensi, kongres, saya akan menyokong. Begitu banyak studi sejarah yang disusun, tapi tidak lengkap jika tidak melengkapinya dengan yang under represented atau perspektif korban. Kalau untuk pendidikan, jelas karena masuk kurikulum. Namanya bukan sejarah resmi, tapi sejarah untuk kepentingan pendidikan. Perdebatan itu tidak akan berhenti, termasuk soal kurikulum.


Jadi, Anda tak akan mengubah kurikulum yang ada?

Kalau yang diharapkan adalah pengubahan kurikulum karena otoritas, kita sama-sama tidak menginginkan itu. Saya tidak mau mengubah kurikulum karena otoritas yang saya miliki. Substansinya adalah otoritas tidak boleh memaksakan penulisan sejarah. Itu akan sama dengan kita melakukan hal yang secara prinsip kita tolak. Kegunaan otoritas adalah membuka ruang diskusi dan perdebatan.

Jadi otoritas jangan menjadi penentu penulisan sejarah. Itu yang sama-sama kita tentang dari zaman Orde Baru. Jadi, jangan mentang-mentang saya direktur jenderal, jadi harus begini penulisan sejarahnya. Wah, itu sama mengerikannya dengan Orde Baru.


Tapi, jika yakin bahwa sejarah 1965 melenceng, bukankah tak bisa didiamkan saja?

Saya sangat bersedia membuka jalan untuk pelurusan sejarah itu. Pasti saya lakukan. Bagaimana kita menyikapi suatu peristiwa yang begitu traumatis dalam sejarah kita, bisa diajarkan kepada anak-anak dalam rangka memperbaiki ke depannya. Tak usah ragu soal itu. Tapi penulisan ulang sejarah itu bukan diskresi saya. Itu rumahnya di Pendidikan Dasar dan Menengah, ada asosiasi guru sejarah dan para stakeholder lain. Yang bisa dilakukan Direktorat Sejarah adalah mengumpulkan ahli dan membahas bersama.

TIM TEMPO

Berita terkait

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

3 Juni 2023

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

Selama awal 2023, telah terjadi 22 kasus kekerasan seksual di lingkungan sekolah dengan jumlah korban 202 anak.

Baca Selengkapnya

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

6 April 2023

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

Kemendikbud mengatakan acara pelantikan yang dilakukan MWA UNS adalah ilegal.

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

5 Desember 2022

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

Pengerjaannya hanya tiga pekan. Hujan dan angin menjadi ujian berharga Bamboo Dome, sehari sebelum Presiden meninjau.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya