Pengamat: Kocok Ulang Pimpinan DPR Opsi yang Sulit

Reporter

Jumat, 18 Desember 2015 06:45 WIB

Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Surahman Hidayat menunjukkan surat putusan MKD pada sidang pelanggaran kode etik Ketua DPR Setya Novanto di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 16 Desember 2015. MKD memutuskan sidang dinyatakan ditutup dengan menerima surat pengunduran diri Setya Novanto dan terhitung Rabu (16/12) yang bersangkutan dinyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Ketua DPR. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan skenario kocok ulang merupakan opsi yang sulit karena harus didahului perubahan Pasal 46 Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD tentang penggantian pimpinan DPR.

"Lebih sulit karena bukan itu yang diatur di MD3 dan peraturan DPR," ucap Yunarto saat dihubungi Tempo, Kamis, 17 Desember 2015.

Yunarto menjelaskan, bila ada pemahaman kocok ulang dapat dilakukan, merujuk pengangkatan pimpinan DPR yang secara sepaket, hal tersebut sudah terbentur dengan Undang-Undang MD3. "Betul-betul terbentur dengan tafsir harfiah yang ada di substansi Undang-Undang MD3," ujarnya

Pakar hukum tata negara dari Universitas Parahyangan, Bandung, Asep Warlan Yusuf, menjelaskan, sesuai dengan Undang-Undang MD3, jika Ketua Dewan berhenti, penggantinya dari partai yang sama. "Tidak ada namanya kocok ulang, kecuali para wakilnya mengatakan mengundurkan diri atau mempersilakan kocok ulang," tutur Asep saat dihubungi Tempo.

Ketua DPR Setya Novanto pada Rabu malam, 16 Desember 2015, mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya lewat surat yang dikirim ke pimpinan Dewan dan ditembuskan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan. Menjelang usainya persidangan etik, MKD menerima surat tersebut kemudian membacakannya kepada publik.

Tuntutan Setya mundur bergulir setelah dia dianggap melanggar etik karena mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta saham Freeport saat menggelar pertemuan dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha minyak Riza Chalid.

AHMAD FAIZ




Berita terkait

Begini Modus Pencatut Nama Menteri Dekati Korban

8 Maret 2016

Begini Modus Pencatut Nama Menteri Dekati Korban

Ketiga pelaku penipuan tersebut ditangkap karena menipu korbannya dengan cara meminta mereka menyetorkan sejumlah uang ke rekening palsu.

Baca Selengkapnya

Kasus Novanto, Jaksa Agung Belum Pastikan Naik ke Penyidikan

12 Februari 2016

Kasus Novanto, Jaksa Agung Belum Pastikan Naik ke Penyidikan

Menurut Prasetyo, pengusutan kasus Novanto masih panjang.

Baca Selengkapnya

Jaksa Agung soal Penghentian Kasus Setya Novanto: Bisa Saja

29 Januari 2016

Jaksa Agung soal Penghentian Kasus Setya Novanto: Bisa Saja

Jaksa Agung berkomentar begini ketika ditanya soal kemungkinan kejaksaan menghentikan penyidikan kasus Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Sakit tanpa Surat Dokter, Ini Alasan Pengacara Setya Novanto

27 Januari 2016

Sakit tanpa Surat Dokter, Ini Alasan Pengacara Setya Novanto

Setya Novanto disebut menderita gangguan psikologis.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum: Setya Novanto Alami Gangguan Psikologis

27 Januari 2016

Kuasa Hukum: Setya Novanto Alami Gangguan Psikologis

Kuasa hukum mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto, Maqdir Ismail, mengatakan kliennya saat ini mengalami gangguan psikologis.

Baca Selengkapnya

Tak Akan Panggil Riza Chalid Lagi, Kejaksaan Menyerah?  

27 Januari 2016

Tak Akan Panggil Riza Chalid Lagi, Kejaksaan Menyerah?  

Riza selalu mangkir dari panggilan jaksa untuk dimintai keterangan terkait dengan kasus yang juga melibatkan bekas Ketua DPR Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Kejaksaan Belum Tentu Kabulkan Permohonan Setya Novanto  

27 Januari 2016

Kejaksaan Belum Tentu Kabulkan Permohonan Setya Novanto  

Setya Novanto meminta waktu dua pekan sebelum memenuhi panggilan Kejaksaan.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto Kembali Mangkir dari Panggilan Kejaksaan Agung  

27 Januari 2016

Setya Novanto Kembali Mangkir dari Panggilan Kejaksaan Agung  

Bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto kembali mangkir dari panggilan Kejaksaan Agung.

Baca Selengkapnya

Jabatan Staf Khusus Presiden Juga Dicatut Orang untuk Menipu

22 Januari 2016

Jabatan Staf Khusus Presiden Juga Dicatut Orang untuk Menipu

Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana membenarkan adanya orang yang mencatut jabatannya untuk menipu.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Setya Novanto Mangkir dari Panggilan Kejaksaan

21 Januari 2016

Ini Alasan Setya Novanto Mangkir dari Panggilan Kejaksaan

Setya Novanto tidak memenuhi panggilan Kejaksaan Agung karena khawatir akan keselamatannya.

Baca Selengkapnya