Foto bocah cantik Angeline (8) yang tewas dibunuhh di rumahnya di Bali, di pegang oleh salah seorang aktivs saat ikuti doa bersama dan aksi seribu lilin untuk Angeline, di Bunderan HI, Jakarta, 11 Juni 2015 malam. Sejumlah aktivis dan Satgal perlindungan anak mengkecam tewasnya Angeline. TEMPO/Imam Sukamto
Advertising
Advertising
Terus Diselidiki
Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie mengatakan kasus ini masih terus diselidiki dan sedang dalam pengembangan. ”Kami masih memeriksa sejumlah saksi,” ujar dia. Selain itu, tim penyidik baru selesai melakukan prarekonstruksi.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan bahwa Margriet bisa berpotensi menjadi tersangka. Namun, ia belum dapat memastikan keterlibatan Margriet, termasuk dugaan penelantaran anak. ”Kemungkinan itu selalu ada,” ujar dia.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menduga pelaku pembunuhan Angeline lebih dari satu orang. ”Melihat dari motif dan pengalaman empiris, ini persekongkolan kejahatan yang dilakukan orang-orang terdekat Angeline,” kata Arist.
Sejak pertama kali Angeline hilang, Komnas Perlindungan Anak menggelar investigasi dengan mendatangi rumah orang tua angkat Angeline. Arist bertemu Margriet bersama dua anaknya, Yvon dan Christina. Arist juga diperkenankan menengok kamar tidur Angeline.
Menurut Arist, ruangan tersebut terlihat berantakan dan bau menyengat. Tak ada seprei terpasang pada kasur. Selain itu, berdasarkan wawancara Arist dengan tetangga sekitar, Angeline kerap menangis pada malam hari. ”Dari situlah kecurigaan kami menguat,” ujar dia.
LENDRA P. | AVIT HIDAYAT | DEWI SUCI R. | PUTRI ADITYOWATI