Munir: Ba'asyir Seharusnya Dilepaskan

Reporter

Editor

Minggu, 25 Juli 2004 11:47 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Imparsial Munir menyatakan, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir seharusnya dilepaskan seiring dengan keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan pemberlakuan UU Antiteroris yang memungkinkan aturan berlaku surut pada kasus bom Bali."Sepanjang menggunakan undang-undang teroris yang berlaku surut untuk kasus bom Bali, seluruh tindakan penangkapan dan penahanannya menjadi tidak sah. Artinya, Ba'asyir mestinya tidak dalam tahanan meski berstatus tersangka. Polisi terikat dengan putusan Mahkamah Konstitusi itu," kata Munir kepada wartawan di sela-sela acara diskusi yang diselenggarakan Puskakom kemarin.Seperti diberitakan, Jumat (24/7), Mahkamah Konstitusi membatalkan UU Nomor 16/2003. Menurut majelis hakim yang dipimpin Jimly Asshiddiqie, undang-undang yang memuat aturan berlaku surut pada kasus bom Bali itu bertentangan dengan konstitusi. Hak uji materiil undang-undang itu diajukan terpidana kasus bom Bali, Masykur Abdul Kadir, yang menilai undang-undang itu bertentangan dengan Pasal 28 huruf i UUD 1945.Jimly menegaskan, keputusan itu bersifat final dan mengikat. Namun, putusan itu tidak membebaskan para terpidana yang telah diputus sebelumnya. Terpidana yang belum disidangkan tidak bisa dijerat dengan undang-undang itu.Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihza Mahendra dalam jumpa pers di kantornya kemarin mengatakan, keputusan Mahkamah Konstitusi itu tidak akan mempengaruhi proses hukum kasus Ba'asyir. "Tidak ada masalah, karena penahanan dan perpanjangan penahanan dilakukan sebelum 23 Juli 2004," katanya.Yusril menegaskan, yang dibatalkan adalah UU Nomor 16/2003 tentang pemberlakuan UU Nomor 15/2003 atas kasus bom Bali. Jadi, tidak berarti tidak ada lagi UU penanggulangan terhadap terorisme, karena UU Nomor 23/2004 tetap berlaku.Menanggapi keputusan itu, Departemen Kehakiman dan HAM kemarin menggelar rapat khusus yang dihadiri wakil dari Kejaksaan Agung, Departemen Kehakiman, Polri, dan Badan Intelijen Negara. "Pemerintah menghormati keputusan Mahkamah Konstitusi itu. Di rapat itu juga dibicarakan implikasi keputusan tersebut terhadap pelaku kasus bom Bali," kata Abdul Gani Abdulah, Direktur Jenderal Peraturan dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman dan HAM.Menurut Abdul, keputusan itu tak akan berimplikasi terhadap pelaku bom Bali yang sudah mempunyai keputusan hukum tetap dan pelaku yang menjalani proses hukum. Sementara itu, pelaku bom Bali yang belum diproses akan dijerat dengan undang-undang yang berlaku. "Untuk yang masih dalam proses pengadilan, UU Nomor 16/2003 akan dikeluarkan dari surat dakwaan. Tentu ini akan menguntungkan mereka," katanya. Polri juga sedang menyusun langkah antisipasi setelah keluarnya keputusan tersebut. B. Paiman, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, saat dihubungi lewat telepon kemarin belum menyebutkan langkah antisipasi itu. "Sedang kami bicarakan, jadi belum tahu seperti apa," katanya. Tito Sianipar/Sutarto - Tempo News Room

Berita terkait

MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

1 hari lalu

MK Gelar Sidang Sengketa Pileg Mulai Pekan Depan, KPU Siapkan Ini

Terdapat 16 partai politik yang mendaftarkan diri dalam sengketa Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

PPP Jadi Partai Terbanyak yang Gugat Sengketa Pileg ke MK

1 hari lalu

PPP Jadi Partai Terbanyak yang Gugat Sengketa Pileg ke MK

Salah satu yang diajukan PPP adalah perkara nomor 46-01-17-16/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024 tentang sengketa hasil pemilihan DPRD Kota Serang, Banten.

Baca Selengkapnya

MK Siapkan Dokter hingga Tukang Pijat untuk Hakim Konstitusi

1 hari lalu

MK Siapkan Dokter hingga Tukang Pijat untuk Hakim Konstitusi

MK akan menangani ratusan perkara sengketa Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

1 hari lalu

DPR Sebut Lembaga Kepresidenan Masuk Kajian Revisi UU Pemilu, Apa Alasannya?

Komisi II DPR telah mengusulkan revisi UU Pemilu dan UU Pilkada sejak awal masa bakti 2019.

Baca Selengkapnya

Daftar 16 Partai Politik yang Gugat Sengketa Pileg ke MK, dari PDIP hingga PKN

1 hari lalu

Daftar 16 Partai Politik yang Gugat Sengketa Pileg ke MK, dari PDIP hingga PKN

Sejumlah partai politik mengajukan sengketa Pileg ke MK. Partai Nasdem mendaftarkan 20 permohonan.

Baca Selengkapnya

Wakil Ketua KPK Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Berikut Sejumlah Kontroversi Nurul Ghufron

1 hari lalu

Wakil Ketua KPK Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Berikut Sejumlah Kontroversi Nurul Ghufron

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho, mendapat sorotan publik. Berikut sejumlah kontroversi Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

1 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Sengketa Pileg, Mantan Ketua DPD Irman Gusman Minta Pemungutan Suara Ulang di Sumbar

1 hari lalu

Sengketa Pileg, Mantan Ketua DPD Irman Gusman Minta Pemungutan Suara Ulang di Sumbar

Dalam sengketa Pileg yang diajukan ke MK, Irman Gusman menuntut empat hal. Apa saja?

Baca Selengkapnya

MK Catat 297 Perkara Sengketa Pileg, Mulai Sidang Pekan Depan

2 hari lalu

MK Catat 297 Perkara Sengketa Pileg, Mulai Sidang Pekan Depan

MK telah meregistrasi 297 perkara sengketa pileg. Sidang perdana dilakukan pada pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

2 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya