TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Belanda akan resmi meminta maaf kepada keluarga korban peristiwa pembantaian Rawagede besok, Jumat 9 Desember 2011. Den Haag juga bersiap membayar sejumlah kompensasi.
Namun menurut Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Jeffry M. Pondaag, kesuksesan ini tak begitu saja membuka peluang besar agar pemerintah Belanda mengakui 17 Agustus 1945 sebagai kemerdekaan Indonesia. Selama ini mereka mengakui kedaulatan Indonesia 1 Desember 1949. Apalagi jika pemerintah Indonesia sendiri tak memiliki sikap tegas.
"Pemerintah tak ada sikap. Sampai sekarang saja pemerintah tidak secara langsung mendukung usaha kami," kata Jeffry dalam diskusi di Kantor Komnas HAM di Jakarta, Kamis 8 Desember 2011.
Menurut Jeffry, permintaan maaf pemerintah Belanda kepada korban peristiwa Rawagede jelas menunjukkan iktikad baik pemerintah tersebut dalam mengakui kesalahan mereka. Tapi dalam kasus ini mereka menganggap kesalahan dilakukan oleh negara kepada warganya. "Ini permintaan maaf untuk Rawagede atau seluruh Indonesia. Itu pertanyaan untuk kita sendiri juga," ujar dia.
Ketegasan Indonesia atas kedaulatan RI ini, kata Jeffry, seharusnya menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan pemerintah. Hubungan kedua negara tetap bisa berjalan baik meski proses pengakuan ini terus diupayakan.
"Belanda mau kerja sama ekonomi, silakan. Tapi tuntaskan ini. Mereka harus mengakui kita punya 17 Agustus, enak saja. Kalau begitu ngapain ada kedutaan besar di sini, keluar saja kalau nggak ngakuin. Kenapa (pemerintah) kita tidak ada sikap? Ya, ini sikap saya," ujarnya tak puas.
Seperti diketahui, sembilan anggota keluarga korban pembantaian Rawagede memenangi gugatannya yang diajukan melalui KUKB dan Lembaga Advokasi Bohler ke Mahkamah Belanda pada 14 September lalu.
Para hakim menetapkan bahwa negara Belanda bertanggung jawab atas tragedi itu. Mahkamah Belanda menyatakan tujuh janda, satu putri, dan seorang korban tragedi Rawagede yang selamat berhak mendapat kompensasi.
Indonesia beroleh kedaulatan penuh pada 1949 setelah perjuangan bersenjata mempertahankan kemerdekaan. Pada 1947, tentara Belanda mengeksekusi satu kerumunan warga yang jumlahnya mencapai 431, terdiri atas pria dan bocah, di Rawagede.
MUNAWWAROH
Berita terkait
Penelitian Buktikan Kekejaman Militer Belanda di Indonesia, PM Rutte Minta Maaf
18 Februari 2022
PM Mark Rutte minta maaf kepada Indonesia setelah tinjauan sejarah menemukan militer Belanda menggunakan kekerasan berlebihan dalam Perang Kemerdekaan
Baca Selengkapnya5 Orang Indonesia Gugat Kejahatan Perang Belanda Selama Revolusi
2 Oktober 2019
Pengadilan banding Den Haag menerima gugatan lima orang Indonesia atas kejahatan perang Belanda selama zaman revolusi kemerdekaan RI pada 1947.
Baca SelengkapnyaNegosiasi Ganti Rugi Pembantaian Westerling Alot
10 Agustus 2013
Menurut Jeffry, kebuntuan yang terjadi pada bulan April tersebut berakhir karena itikad baik dari Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans.
Baca SelengkapnyaKorban Agresi Militer Diajak Gugat Belanda
16 Agustus 2012
Meski sudah nyaris tujuh dekade berlalu, Komite Utang Kehormatan Belanda berpendapat Belanda tetap harus bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Baca SelengkapnyaTernyata Sulit Mendata Ulang Korban Westerling
10 Desember 2011
Baru delapan janda korban Westerling yang saya pegang, kami kesulitan melakukan pendataan, kata anggota pengurus KUKB, Ivonne.
Baca SelengkapnyaMasih Ada 76 Kasus Kejahatan Perang Belanda di Indonesia
10 Desember 2011
Di antara puluhan kasus itu, ada peristiwa Westerling.
Baca SelengkapnyaPemerintah Belanda Dinilai Berlama-lama Urus Rawagede
10 Desember 2011
Ketua Umum Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia Batara Hutagalung menilai pemerintah Belanda sengaja berlama-lama mengurus gugatan warga Rawagede.
Baca SelengkapnyaMarty Sambut Kedatangan De Zwaan di Rawagede
9 Desember 2011
Menurut Marty, peristiwa penting ini juga menjadi pengakuan pemerintah Belanda bahwa kemerdekaan Indonesia berlangsung pada 1945.
Baca SelengkapnyaTragedi Rawagede, Seperti Apa Pembantaian Itu?
9 Desember 2011
Tragedi itu terjadi 64 tahun lalu. Tentara yang murka mengepung kampung dan membantai ratusan pria di Rawagede, Karawang. Seperti apa penyerbuan itu?
Baca SelengkapnyaDi Rawagede, Pemerintah Belanda Minta Maaf
9 Desember 2011
Permintaan maaf, kata De Zwaan, bukan hanya mewakili pemerintah Belanda, tetapi juga seluruh rakyat Belanda kepada warga Rawagede.
Baca Selengkapnya