NasDem Singgung Ketimpangan Gender dan Budaya Patriarki
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Sukma Nugraha Loppies
Kamis, 25 Juli 2024 17:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Anggota Majelis Tinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem Lestari Moerdjiat menyebut partainya telah memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk ikut berkontribusi dalam politik. Pernyataan itu dia sampaikan pada Pra-Kongres III partainya dengan tema Simposium Bidang Perempuan.
"NasDem berusaha untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi perempuan agar semakin memahami politik," kata Lestari di kantor Dewan Pimpin Pusat atau DPP Partai NasDem, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 25 Juli 2024.
Lestari juga mengungkap sejumlah permasalahan yang dialami perempuan, seperti diskriminasi dalam permasalahan hukum, tunjangan pensiun, kepemilikan aset, kesehatan, dan perlindungan tenaga kerja. "Ketimpangan gender masih menjadi tantangan utama, terutama budaya patriarki," ucapnya.
Adapun budaya patriarki adalah sistem di mana masyarakat menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dalam sistem patriarki, perempuan kerap dianggap sebagai gender nomor dua.
Selanjutnya, Lestari turut mencontohkan Ratu Kalinyamat, putri Raja Demak Sultan Trenggana, yang menjadi Bupati di Jepara di abad ke-15. Lestari menyebut sosok Ratu Kalinyamat terkenal di kalangan Portugis sebagai sosok wanita pemberani.
Menurut dia, perempuan Indonesia dapat meneladani ketangguhan Ratu Kalinyamat yang pada masanya serba bisa di segala bidang, seperti mengelola pemerintahan, memimpin pasukan perang, hingga mengelola perekonomian.
Masih dalam acara simposium tersebut, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menegaskan partainya menjunjung kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. "Terimalah penghormatan partai ini untuk kaum perempuan di Indonesia," kata Paloh di kesempatan yang sama.
Di hadapan para peserta, Paloh menyatakan bahwa perempuan memiliki sejumlah keunggulan ketimbang laki-laki, seperti memiliki sifat penuh kasih sayang, keibuan, ketabahan hati, lebih jujur, dan lebih teliti. "Ini tidak lagi perlu kita perdebatkan. Memang secara kodrati," ujarnya.
Lebih lanjut, Paloh mengatakan, perempuan turut berperan besar dalam membentuk karakter generasi baru. Dia menyebut bahwa peran seorang ibu lebih membawa pengaruh kepada anak-anak dibandingkan pendidikan formal.
Tak sampai di situ, Paloh turut menegaskan peran perempuan dalam membangun bangsa. Menurut dia, perempuan dapat ikut terlibat dalam pengambilan keputusan penting bagi republik. "Kaum perempuan bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sekarang juga penentu," tuturnya.
Pilihan Editor: