TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai NasDem, Bestari Barus, mengatakan calon wakil gubernur Jakarta, Suswono, semestinya tidak perlu ikut campur dengan urusan partai lain. "Lama-lama konsentrasinya bukan jadi calon wakil gubernur yang baik, justru mengintervensi partai lain,” kata Bestari berdasarkan pernyataan tertulis yang diterima Tempo, pada Jumat, 1 November 2024.
Pernyataan Bestari tersebut merespons keterangan Suswono soal tujuh anggota partai yang tergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang datang ke rumah pribadi calon gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung, pada Kamis, 31 Oktober 2024. Tujuh politikus dari KIM Plus itu menyatakan mendukung Pramono-Rano di Pilkada Jakarta.
Dari video yang beredar pada Kamis, 31 Oktober 2024, Suswono menjawab pertanyaan awak media mengenai pertemuan tujuh politikus dari KIM Plus ke rumah pribadi Pramono Anung. “Kalau di PKS pasti kena sanksi itu ya, enggak tahu kalau di partai lain apakah dibolehkan seperti itu? Ya saya tidak tahu, itu AD/ART-nya mereka,” katanya usai bekergiatan kampanye nya, Kamis.
Menurut Bestari, Suswono tidak perlu mencampuri partai-partai lain harus berbuat apa. “Dia bukan bos dari partai lain, biarkan mekanisme internal parpol yang bekerja, bukan atas imbauan Suswono,” kata dia.
Sebagai kader partai NasDem, Bestari mempertanyakan mengapa seorang di luar partai mengomentari urusan yang terjadi di partai lain. “Konsentrasi menjadi cawagub saja, tidak menyakiti orang lain dalam berkata-kata,” jelasnya.
Adapun tujuh politisi dari KIM Plus yang menemui Pramono, yaitu Muhammad Ishaq dari Partai Persatuan Pembangunan, Nafiudin dari Partai NasDem, Ahmad Faisal dari Partai Solidaritas Indonesia, dan Firman Abdul hakim dari PPP.
Kemudian Riko dari Partai Amanat Nasional, Ahmad Syukri dari Partai Kebangkitan Bangsa, dan Redim Okto Fudin dari PKB. Mereka semua juga merupakan mantan calon legislatif DPRD Jakarta.
Politisi PKB, Ahmad Syukri, menjelaskan kedatangannya menemui Pramono Anung tidak ada paksaan ataupun permintaan khusus dari calon gubernur itu. Mereka semua mengaku berinisiatif untuk bertemu dan memberikan dukungan terhadap Pramono Anung.
"Pertama, enggak ada Mas Pram minta dukungan. Ini kami yang berinisiatif dan dia mengucapkan terima kasih banyak, mau membantu dan ngobrol santai saja. Tapi dari pertemuan sekilas itu ya kami lebih bisa mengenal Mas Pram," kata Ahmad melalui video wawancara yang didapat dari tim Pramono Anung, Kamis, 31 Oktober 2024.
Walau tergabung dalam partai pendukung Ridwan Kamil-Suswono, Ahmad mengklaim bahwa keputusannya beralih memberikan dukungan ke Pramono Anung sebagai bentuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang menjadi konstituen mereka di pileg Jakarta.
"Prinsip kami meneruskan aspirasi yang ada pada pileg kemarin yang memilih kami. Bahwa sebagian besar itu menitipkan amanat suaranya untuk membantu memenangkan Mas Pram dan Mas Doel. Jakarta ini butuh kepemimpinan, leadership," ucap Ahmad meneruskan pesan konstituennya.
Alif Ilham Fajriadi berkontribusi dalam tulisan ini.
Pilihan editor: PDIP Siap Kritik Kebijakan Prabowo yang Bertentangan dengan Konstitusi