Mahfud Md Bicara Toleransi: Sejak Kecil Orang Indonesia Sudah Biasa dengan Perbedaan
Reporter
Adil Al Hasan
Editor
Juli Hantoro
Senin, 15 Januari 2024 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Mahfud Md mengatakan kehidupan toleransi antarumat beragama di Indonesia terjaga dengan baik. Dalam dua tahun terakhir, Mahfud menyebut tidak ada aksi terorisme.
"Dalam dua tahun ini, tidak ada bom meledak. Kita patut bersyukur. Terakhir 2021. Situasi kini lebih aman," kata Mahfud dalam orasi kebangsaannya di Gereja Rumah Persembahan, Medan, Sumatera Utara, pada Ahad, 14 Januari 2024, seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Mahfud menyebut sejatinya soal kerukunan, kesamaan kedudukan hukum, antarumat beragama sudah selesai sejak lama.
“Sejak kecil, orang Indonesia sudah biasa dalam perbedaan,” kata Mahfud.
Selain jemaat Gereja, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, hadir juga dalam acara ini seperti Menkum HAM Yasonna H Laoly, Pendeta GBI Rumah Persembahan Bambang Y, dan dari Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud Andi Widjajanto.
Dalam orasi kebangsaannya, Mahfud menyatakan lewat acara ini, kebebasan beragama bukan hanya tertulis dalam konstitusi, tetapi ada dalam keseharian warga bangsa. "Saya kira ini yang harus kita terus jaga," pesan Mahfud.
Selain itu, Mahfud juga menceritakan sejarah awal kemerdekaan. Waktu itu, kata Mahfud, ada dua kutub pemahaman, yaitu satu ingin mendirikan negara sekuler, kedua ingin mendirikan negara agama. Menurut Mahfud saat itu terjadi perdebatan yang argumentasinya sama-sama kuat.
Hebatnya, kata Mahfud, para pendiri bangsa ketemu jalan kompromi. Bertemu di kalimat yang sama, yang dalam bahasa Islam-nya, Kalimatun Sawa. Indonesia bukan negara agama juga bukan negara sekuler.
"Yang menyangkut peribadatan, itu urusan internal. Tidak boleh diintervensi, negara melindungi dan menjamin. Yang menyangkut kepentingan dan tujan bersama, adalah pandangan dan visi tentang negara, pemerintahan yang bersih, demokrasi yang jujur, memberantas korupsi, kesamaan semua ini diikat Pancasila," kata Mahfud.
Sementata itu, Mahfud menyebut orang yang ikut gerakan radikalisme seringkali karena merasakan ketidakadilan. Selain itu, mereka juga ikut-ikutan melawan melalui aksi kekerasan dan intoleransi. "Karenanya, mari membangun keadilan, menegakkan hukum dengan baik. Ini pintu kemajuan ekonomi dan pemerataan," kata Mahfud.
Indonesia, kata Mahfud, adalah milik bersama semua suku, agama, dan golongan. Indonesia bukan hanya nation, tetapi juga cita-cita hidup bersama penuh kerukunan.
"Semua agama tahu, perbedaan-perbedaan ini adalah ciptaanNya. Tuhan sendiri yang bikin. Ini agar bukan hanya saling toleran, tetapi agar saling beraskesptasi. Bekerja sama dalam banyak hal kebaikan," kata Mahfud.
Pilihan Editor: LPSK Akui Bantuan Korban Psikososial Belum Maksimal