Laut Cina Selatan Disebut dalam Debat Capres, Tahukah Sekarang Bernama Laut Natuna Utara?

Rabu, 10 Januari 2024 14:05 WIB

KRI Tjiptadi-381 (kanan) dan KRI Teuku Umar-385 (kiri) mengikuti sailing pass di Laut Natuna, Kepulauan Riau, Rabu, 15 Januari 2020. Kunjungan Mahfud MD meninjau situasi keamanan setelah kapal nelayan dan coast guard China memasuki perairan Natuna Utara. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam debat capres ketiga, ketiga calon presiden memiliki pandangan berbeda terkait konflik di Laut Cina Selatan. Anies Baswedan menekankan pentingnya penyelesaian melalui kepemimpinan Indonesia di ASEAN, menyuarakan perlunya kesepakatan di tingkat regional.

Sementara itu, Prabowo Subianto memfokuskan pada penguatan pertahanan Indonesia dan penggunaan platform untuk patroli. Ganjar Pranowo, calon presiden nomor urut 3, menilai penyelesaian melalui ASEAN rumit dan tidak efektif, mengusulkan kesepakatan langsung dengan negara-negara terkait untuk mencegah eskalasi konflik di Laut Natuna Utara.

Namun sebenarnya di manakah Laut Cina Selatan? Berikut adalah penjelasannya, dan alasan mengapa berubah nama menjadi Laut Natuna Utara.

Pergantian Nama Menjadi Laut Natuna Utara

Laut Cina Selatan telah menjadi sumber perseteruan antara Cina dan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Konflik ini juga melibatkan manuver Cina yang memasuki wilayah Laut Natuna Utara dengan Coast Guard-nya. Pergantian nama dan penolakan terhadap klaim sepihak menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk menjaga kedaulatan dan keamanan di wilayah tersebut.

Advertising
Advertising

Pada 2017, Pemerintah Indonesia melakukan pergantian nama Laut Cina Selatan menjadi Laut Natuna Utara sebagai bentuk peringatan halus terhadap klaim Cina terhadap wilayah tersebut.

Sidang pergantian nama ini disaksikan oleh sejumlah pejabat, termasuk mantan Wakil Presiden Boediono dan Try Sutrisno. Tindakan ini juga merupakan penegasan bahwa Indonesia tidak mengakui klaim Cina terhadap Sembilan garis putus-putus atau Nine Dash-Line.

Pergantian nama tersebut mendapat protes dari Cina, namun Indonesia menegaskan bahwa ini adalah hak negara dan sesuai dengan standar internasional. Selain itu, hal ini juga dilatarbelakangi oleh upaya untuk mengamankan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan memperjelas batas laut.

Menurut Indonesia.go.id, Indonesia mengadopsi penamaan Laut Natuna Utara sebagai respons terhadap hasil temuan fakta dari Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag-Belanda pada tahun 2016. Temuan tersebut berkaitan dengan konflik Laut China Selatan antara Filipina dan Tiongkok.

Keputusan Pengadilan Arbitrase menyimpulkan bahwa klaim sepihak Tiongkok yang didasarkan pada konsep nine-dashed line tidak memiliki dasar hukum atau historis. Sebagai tanggapan, Indonesia melakukan upaya penamaan untuk menegaskan posisinya dan menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap klaim sepihak tersebut.

Di samping itu, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti juga memainkan peran penting terkait Laut Natuna Utara. Ia bersikeras bahwa pergantian nama tersebut menjadi Laut Natuna Utara adalah hak kedaulatan Indonesia, sebagai respons terhadap klaim Cina terhadap Laut Cina Selatan.

Di bawah kepemimpinan Susi, Laut Natuna Utara menjadi sorotan karena menjadi sasaran pencurian ikan oleh kapal asing. Susi Pudjiastuti meluncurkan kebijakan tegas, dengan moto "Tenggelamkan!" untuk mengatasi kapal ikan asing ilegal.

Selain itu, Pudjiastuti bersama pemerintah Indonesia secara konsisten menolak klaim sepihak Cina terhadap Laut Natuna Utara, yang merujuk pada Sembilan Garis Putus-putus. Menteri Luar Negeri saat itu, Retno Marsudi menegaskan bahwa klaim Cina tidak berdasarkan UNCLOS 1982, dan Indonesia menolak garis klaim sepihak tersebut.

Pergantian nama Laut Cina Selatan menjadi Laut Natuna Utara juga diarahkan untuk mengamankan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan menjelaskan batas laut secara hukum. Meskipun demikian, perubahan nama tersebut belum disahkan oleh International Hydrographic Organization (IHO), menciptakan dinamika lebih lanjut dalam ketegangan di kawasan tersebut.

Kabar Terbaru Laut Natuna

Pada Januari 2020, Presiden Jokowi kembali mengunjungi Laut Natuna Utara sebagai respons terhadap masuknya kapal pencari ikan dan coast guard Cina di kawasan tersebut. Pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas melalui diplomasi damai dan operasi penjagaan intensif oleh TNI di Laut Natuna.

Sengketa di Laut Cina Selatan telah menjadi fokus ASEAN, yang telah mengambil inisiatif melalui Declaration of Conduct (DoC) dan Code of Conduct (CoC). Upaya diplomasi ini melibatkan negara-negara anggota ASEAN dan Cina untuk mencapai penyelesaian yang damai.

PUTRI SAFIRA PITALOKA | EIBEN HEIZIER | GERIN RIO PRANATA

Pilihan Editor: Sejak Kapan Laut Cina Selatan Ganti Nama Laut Natuna Utara?

Berita terkait

Dari UKT Kampus Negeri sampai Walhi Kritik Pidato Jokowi di Top 3 Tekno

59 menit lalu

Dari UKT Kampus Negeri sampai Walhi Kritik Pidato Jokowi di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Rabu pagi ini, 22 Mei 2024, dipuncaki berita terpopuler kemarin yang isinya antara lain tentang UKT melambung.

Baca Selengkapnya

Diskusi Soal Pembentukan Pansel KPK dengan KSP, ICW dan PSHK Sampaikan 3 Hal Ini

3 jam lalu

Diskusi Soal Pembentukan Pansel KPK dengan KSP, ICW dan PSHK Sampaikan 3 Hal Ini

ICW menilai pembentukan Pansel KPK krusial bagi Presiden Jokowi karena ini peluang terakhir menyelamatkan KPK.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ajak Pemimpin Dunia Perkuat Pasokan Air untuk Petani

11 jam lalu

Jokowi Ajak Pemimpin Dunia Perkuat Pasokan Air untuk Petani

Prediksi menyebut pada 2050 sebanyak 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi akan mengalami kekeringan.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Iran Sebut Presiden Iran Ebrahim Raisi Wafat 3 Hari Sebelum ke Indonesia

11 jam lalu

Kedutaan Besar Iran Sebut Presiden Iran Ebrahim Raisi Wafat 3 Hari Sebelum ke Indonesia

Kedutaan Besar Iran menyebut Presiden Iran Ebrahim Raisi wafat 3 hari sebelum kunjungan yang direncanakan ke Indonesia pada 23-24 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Koalisi Antikorupsi Desak Jokowi Bentuk Pansel KPK yang Minim Konflik Kepentingan

13 jam lalu

Koalisi Antikorupsi Desak Jokowi Bentuk Pansel KPK yang Minim Konflik Kepentingan

Pembentukan Pansel KPK yang objektif dianggap akan mempertaruhkan keberhasilan kinerja Pimpinan dan Dewas KPK pada masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Anggaran Program Lansia dan Disabilitas Era Jokowi Ditangguhkan untuk Beri Ruang Program Prabowo

13 jam lalu

Anggaran Program Lansia dan Disabilitas Era Jokowi Ditangguhkan untuk Beri Ruang Program Prabowo

Kedua program Jokowi itu adalah program permakanan untuk lansia dan penyandang disabilitas. Anggaran yang ditangguhkan Rp 1,2 triliun.

Baca Selengkapnya

Respons Pimpinan Dunia Terhadap Tragedi Tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

13 jam lalu

Respons Pimpinan Dunia Terhadap Tragedi Tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dalam kecelakaan helikopter yang ditumpanginya pada Ahad, 19 Mei 2024. Ini respons sejumlah pemimpin dunia.

Baca Selengkapnya

Soeharto Lengser, Karier Militer Prabowo Amblas Kisah Cintanya Kandas

14 jam lalu

Soeharto Lengser, Karier Militer Prabowo Amblas Kisah Cintanya Kandas

Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, karier militer Prabowo amblas, kisah cintanya dengan Titiek Soeharto pun ikut kandas.

Baca Selengkapnya

Nasib Prabowo Subianto Setelah Soeharto Lengser, Surat DKP Hentikan Karier Militernya

15 jam lalu

Nasib Prabowo Subianto Setelah Soeharto Lengser, Surat DKP Hentikan Karier Militernya

Soeharto lengser pada Kamis, 21 Mei 1998 berpengaruh besar terhadap karier militer menantunya dulu, Prabowo yang kini presiden terpilih Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Masuk Dalam Bursa Bakal Calon Pansel KPK, Bayu Dwi: Serahkan kepada Presiden

15 jam lalu

Masuk Dalam Bursa Bakal Calon Pansel KPK, Bayu Dwi: Serahkan kepada Presiden

Bayu tak menampik namanya masuk dalam daftar calon pansel KPK.

Baca Selengkapnya