Kiai Mas Mansur, Empat Serangkai dan Muhammadiyah

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Senin, 25 April 2022 19:40 WIB

Logo Muhammadiyah. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta -Kiai Haji Mas Mansur adalah seorang tokoh Islam, pejuang, dan pahlawan nasional yang berkiprah lama di Muhammadiyah. Mas Mansur lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya.

Mansur lahir dari seorang keluarga bangsawan Islam. Ibunya bernama Raudha, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Sagipodin. Ayahnya bernama KH. Mas Achmad Marzoeqi yang berasal dari Keluarga Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya dan merupakan seorang pionir Islam serta ahli agama di Jawa Timur.

Selain itu, ayah dari Mas
Mansur dikenal juga sebagai imam tetap dan khatib di Masjid Ampel.

Masa Kecil

Dalam buku Kiai Haji Mas Mansur (1896-1946): Perjuangan dan Pemikiran, disebutkan bahwa masa kecil Mas Mansur dilalui dengan belajar agama pada ayahnya sendiri. Selain itu, ia juga belajar agama di Pesantren Sidoresmo dan guru dari Mas Mansur adalah Kiai Muhammad Thaha. Saat berusia 10 tahun, ia dikirim oleh ayahnya untuk belajar ke Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura dan di sana ia mengkaji Al-Quran serta mendalami kitab Alfiyah Ibnu Malik kepada Kiai Khalil.

Di Antara Kairo dan Makkah

Pada 1908, Mas Mansur kembali pulang ke Surabaya seylah menyelesaikan belajarnya di Pesantren Demangan. Mas Mansur disarankan oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah pada Kiai Mahfudz yang berasal dari Pondok Pesantren Termas Pacitan. Akhirnya, Mas Mansur berangkat ke Arab Saudi dan belajar di Makkah selama kurang lebih empat tahun.

Advertising
Advertising

Karena situasi politik di Saudi yang memanas, Mas Mansur memutuskan untuk pindah ke Mesir. Pada awalnya, ayah dari Mas Mansur tidak mengizinkan Mas Mansur ke Msir karena citra dari Mesir, khususnya Kairo yang kurang baik di mata ayahnya. Namun, Mas Mansur tetap berangkat ke Mesir tanpa seizin orang tuanya.

Karenanya, Mas Mansur harus mengalami kepahitan dan kesulitan hidup akibat tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya untuk biaya sekolah dan biaya hidup. Oleh karena itu, Mas Mansur sering menjalankan puasa Senin dan Kamis serta mendapatkan uang dan makanan dari masjid-masjid.

Kondisi ini dialami oleh Mas Mansur, selama kurang lebih satu tahun dan setelahnya orang tuanya kembali mengirimkan uang untuk menunjang hidup dan studi Mas Mansur di Mesir.

Selanjutnya: Saat di Mesir, Mas Mansur belajar di...
<!--more-->

Saat di Mesir, Mas Mansur belajar di Perguruan Tinggi Al-Azhar pada Syaikh Ahmad Maskawih. Saat menempuh studi di Mesir, kondisi di Mesir sedang gencar-gencarnya semangat nasionalisme dan pembaharuan. Situasi seperti itu, dimanfaatkan oleh Mas Mansur untuk membaca tulisan-tulisan tentang nasionalisme dan mendengarkan pidato-pidato nasionalisme dari tokoh-tokoh Mesir. Pada akhirnya, petulangan Mas Mansur di Mesir dan Makkah berakhir pada 1915 dan ia kembali ke Indonesia.

Kiprah Mas Mansur di Indonesia

Seulang dari luar negeri, Mas Mansur menikah dengan Siti Zakijah dan ia dikaruniai oleh enam orang anak. Selain menikah dengan Zakijah, Mas Mansur juga menikah dengan Halimah, tetapi pernikahan dengan Halimah tidak berlangsung lama karena pada 1939, Halimah meninggal dunia.

Selain menikah, sepulangnya dari Makkah dan Mesr, Mas Mansur juga bergabung ke dalam Sarekat Islam dan Mas Mansur membawa modal pengetahuan politik yang ia dapatkan di Makkah dan Mesir untuk bergabung bersama Syarikat Islam.



Saat bergabung dengan Sarekat Islam, Sarekat Islam sedang dipimpin oleh Oemar Said Tjokroaminoto dan Sarekat Islam dikenal sebagai organisasi yang radikal dan revolusionel. Di Sarekat Islam, Mas Mansur dipercaya untuk menjadi Penasihat Pengurus Besar Sarekat Islam.

Selain itu, Mas Mansur juga mendirikan sebuah majelis diskusi bersama Wahab Hasboellah dan diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). Dalam majelis diskusi tersebut, masalah-masalah yang dibahas mulai dari yang bersifat keagmaan sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah. Di samping aktif berdiskusi, Mas Mansur juga banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang berbobot.

Tulisan-tulisan Mas Mansur banyak berbicara mengenai pemikirannya tentang pembaharuan dan tulisan-tulisan dari Mas Mansur banyak dimuat di media massa. Di samping itu, Mas Mansur juga beberapa kali menerbitkan majalah, seperti Soeara Santri, Djinem dan Kawan Kita. Tulisan-tulisan dari Mas Mansur tidak hanya menghiasi media massa lokal Surabaya, tetapi juga menghiasi banyak media massa di luar Surabaya, seperti Yogyakarta, Medan, dan Solo. Mas Mansur juga beberapa kali menerbitkan buku, antara lain Hadits Nabawijah, Sjarat Sjahnja Nikah, Risalah Tauhid, dan Sjirik, dan Adab al-Bahts wa al-Munadlarah.

Mas Mansur dan Muhammadiyah

Sebagai tokoh Islam, Mas Mansur juga aktif dalam organisasi keagamaan. Pada 1921, Mas Mansur bergabung bersama Muhammadiyah dan di sana ia membawa angin segar mengenai ide-ide pembaharuan yang selaras dengan visi dari Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan.

Di Muhadimmayah, Mas Mansur menapaki karier organisasinya dari bawah, mulai dari menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabya, Konsl Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur, dan akhirnya menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.

Mas Mansur terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada Oktober 1937.

Mas Mansur dan Empat Serangkai

Selain aktif dalam organisasi keagmaan, Mas Mansur juga aktif untuk berkegiatan politik. Statusnya sebagai ketua PB Muhammadiyah membuatnya harus banyak terlibat dalam aktivitas politik ummat Islam. Bahkan, ia menjadi pendiri Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) bersama Hasyim ASy’ari dan Wahab Hasboellah. Selain itu, ia juga menjadi salah satu pendiri Partai Islam Indonesia (PII). Di samping itu, Mas Mansur juga lekat dengan sebuatn empat serangkai, bersama dengan Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.

Akhir Hayat

Mas Mansur menghembuskan nafas terakhirnya pada 25 April 1946. Saat itu, ia ditangkap dan ditawan oleh tentara NICA di Kalisosok. Mas Mansur ditangkap tentara NICA ketika ia ikut berjuang bersama barisan pemuda ketika pecahnya Perang Revolusi Kemerdekaan.

Jasa Mas Mansur banyak dikenang oleh teman-teman seperjuangannya dan tokoh Muhammadiyah ini menjadi salah satu tokoh pejuang Islam yang dihormati. Pemerintah Indonesia juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Mas Mansur

EIBEN HEIZIER
Baca juga: Ridwan Kamil Temui Ketum PP Muhammadiyah di Yogya, Ini yang Dibahas

Berita terkait

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

14 jam lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

19 jam lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

23 jam lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

2 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

3 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

4 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

Kemenag Cairkan Dana BOS Tahap I dan PIP Pesantren 2024

6 hari lalu

Kemenag Cairkan Dana BOS Tahap I dan PIP Pesantren 2024

kemenag mengalokasikan anggaran dana BOS Pesantren sebesar Rp 340,5 miliar tahun ini.

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

7 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

7 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya