Muda-mudi dalam Bayang Kelompok Teroris, Dari Galau Sampai Romantisme

Selasa, 13 April 2021 17:02 WIB

Ilustrasi teroris. khouse.org

TEMPO.CO, Jakarta - Berangkat dari kekaguman kepada seniornya, Mahmudi Haryono yang masih berusia 16 tahun mulai melirik-lirik gerakan Jamaah Islamiyah (JI). “Mulanya ngumpul di masjid SMA, terus senior-senior yang sudah kuliah datang memberi ceramah, apalagi alumni ini kuliah di fakultas kedokteran, sempurna lihatnya,” kata Mahmudi menceritakan kembali persinggungannya dengan kelompok teroris ini kepada Tempo pada Kamis, 8 April 2021.

Dalam pengajian-pengajian ini, para alumni mencekoki Mahmudi dan kawan-kawannya tentang konsep jihad versi JI. Mahmudi yang kesengsem dengan penjelasan berapi-api dari para senior akhirnya menerima ajakan untuk bergabung dengan pondok pesantren yang dikelola Amrozi, terpidana mati Bom Bali 1. Ia pun memutuskan keluar dari SMA dan pindah ke pesantren tersebut pada 1997.

Di dalam pesantren, Mahmudi mengatakan materi yang mereka dapat lebih 'heroik'. “Para pengajar menyerukan agar kami berani melawan Amerika, itu menunjukkan heroik yang luar biasa, aku senang,” ucap Ketua Yayasan Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) Jawa Tengah ini. Dengan doktrin-doktrin perjuangan ini Mahmudi memantapkan hati masuk barisan terdepan JI.

Dua tahun di pesantren, pada 2000-an, Mahmudi berangkat ke Filipina untuk menjalani pelatihan militer. Tiga tahun di sana, ia kembali ke Surabaya. Semangat heroiknya semakin menggebu. Ia mengaku ingin menjadi aktor utama terorisme. Namun, polisi sudah lebih dulu menangkap Mahmudi pada Juli 2003. Ia kedapatan menyimpan bahan peledak milik Mustofa alias Abu Tholut, pelaku Bom JW Marriot, di rumahnya di Kalibanteng, Semarang Barat. Ia divonis 10 tahun penjara. Ia bebas 5 tahun kemudian karena mendapat remisi.

Advertising
Advertising

Sekarang Mahmudi memang sudah berusia 44 tahun. Namun, ia mengatakan pola perekrutan teroris, dari zaman dulu sampai sekarang, di kalangan anak muda masih menggunakan metode serupa. Ceramah-ceramah yang membakar semangat dan iming-iming perjuangan. “Sebab anak muda masih mencari jati diri,” kata Mahmudi.

Pemuda galau rentan terpapar kelompok teroris...

Fenomena keterlibatan anak muda di dalam terorisme kembali menjadi sorotan. Salah satunya ketika Zakiah Aini, seorang perempuan berusia 25 tahun, menyerang Markas Besar Polri pada akhir Maret lalu. Polisi menyebut Zakiah adalah pelaku tunggal yang terpapar radikalisme dari internet.

Kasus lain adalah bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada medio Maret 2021. Pelaku teror adalah pasangan suami istri. Belakangan diketahui sang istri masih berusia 25 tahun.

Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail mengatakan usia muda memang menjadi sasaran empuk jaringan terorisme. Fenomena tersebut, kata dia, sebenarnya bukanlah barang yang baru. “Faktor psikologis memegang peranan penting untuk menarik anak-anak muda, tak hanya soal ideologi,” kata Huda kepada Tempo pada Selasa, 6 April 2021.

Dia mengatakan, manusia memiliki kebutuhan dasar sosial berupa pengakuan. Ketika seseorang tidak merasa diterima di lingkungan mayoritas, maka orang itu akan mencari tempat lain agar merasa diakui, sekalipun itu kelompok radikal. Apalagi, kata Huda, masa muda lekat dengan pencarian jati diri. Sisi psikologis itulah yang menjadi dimanfaatkan oleh para rekrutmen jaringan terorisme.

Salah satu celah yang mereka gunakan untuk merekrut pemuda-pemudi ialah kegalauan yang dimiliki mereka. Saat itulah para perekrut mendekati targetnya. “Galaunya itu macam-macam. Misalnya kasus ZA yang kemarin, bisa jadi DO, bisa jadi, dia galau, apalagi kalau tinggalnya di perkotaan, stres juga.” kata Huda. Huda mengatakan dalam film dokumenter buatannya, Pengantin, ada juga keinginan mendapatkan jodoh, lalu masuk kelompok, baru ditanamkan ideologi.

Selain usia, faktor jenis kelamin turut mempengaruhi cara kelompok teroris merekrut kader. Menurut Huda, ada kelompok yang mendorong seseorang masuk ke jaringan terorisme dengan menggunakan teori maskulin. Ada pula yang menggunakan alasan rasa aman, ketenangan, dan jodoh dalam merekrut target mereka.

“Misalnya kalau kamu memegang senjata, keren banget. Tapi kalau perempuan, contoh di film saya, Jihad Selfie, tertariknya karena fashion. Pakai kerudung awalnya, mencari info di internet, masuk algoritmanya dan membawa dia sampai ketemu romantis jaman khilafah yang digambarkan ISIS dengan baik. Jadi tuh persoalannya aman, ketenangan, jodoh,” ujar dia.

Romantisme juga bisa menarik anak-anak muda ke dalam kelompok radikal...

Romantisme ini pula yang mendorong Arif Budi Setyawan masuk ke dalam jaringan Jamaah Islamiyah pada 2007. Ia mengatakan suatu hari, ketika masih berusia 25 tahun., pernah bertemu seorang lelaki yang bercerita soal pelatihan militer di Aceh.

“Nah, omongan paling mengena adalah kalau kita mengganggu semut rangrang, semua itu maka akan melawan balik, begitu juga umat Islam, harus melawan balik. Saya lihat dia wah keren banget," ucap Arif yang kini menjadi kontributor ruangobrol.id sekaligus penulis buku Internetistan.

Dari pertemuan ini, Arif lambat laun mulai mencari tahu lebih dalam Jamaah Islamiyah. Ia pun penasaran apa benar JI bisa berhubungan dengan Usama Bin Laden, pentolan Al-Qaeda. Rasa penasarannya ini yang membawa Arif terus terlibat dengan gerakan JI. Pada 2014,. Polisi menangkap Arif karena menjadi kurir senjata untuk salah satu kawannya yang merupakan kombatan Ambon. Ia divonis 4 tahun 10 bulan penjara. Belakangan Arif mendapat pembebasan bersyarat..

Faktor operator atau orang yang menerjemahkan ideologi pun turut berperan. Huda mengatakan, operator itu bertugas sebagai penerjemah pesan, yang membuat calon kader tertarik. Proses rekrutmen ini kemudian semakin dipermudah dengan kehadiran media sosial.

Senada dengan Huda, akademisi The Habibie Centre, Imron Rasyid, menyebut bahwa media sosial merupakan wadah perekrutan yang potensial bagi kelompok teroris. Apalagi, anak muda memang betah berlama-lama menggunakan gawai. “Pada masa pandemi ini, anak muda lebih rentan terpapar paham ekstrimis,” ucap Imron.

Baca juga: Janjikan Pernikahan Jadi Cara Kelompok Teroris JAD Gaet Perempuan



Berita terkait

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

13 jam lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

2 hari lalu

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

7 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Anies Minta Anak Muda Tak Putus Asa dengan Proses Politik

10 hari lalu

Anies Minta Anak Muda Tak Putus Asa dengan Proses Politik

Anies Baswedan menyampaikan terima kasih kepada anak-anak muda yang telah memberi warna baru pada pilpres kali ini.

Baca Selengkapnya

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

10 hari lalu

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

Israel meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teroris Gaza.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

12 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.

Baca Selengkapnya

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

12 hari lalu

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

BNPT akan turut serta mengamankan pelaksanaan Acara Word Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

13 hari lalu

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

Menolak menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai teroris, David Cameron berpendapat lebih baik jika London dapat terus berkomunikasi dengan Teheran.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

13 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.

Baca Selengkapnya

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

13 hari lalu

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.

Baca Selengkapnya