Pertemuan PKS dengan NasDem Hasilkan 3 Kesepakatan
Reporter
Fikri Arigi
Editor
Syailendra Persada
Rabu, 30 Oktober 2019 18:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman menghasilkan nota kesepahaman.
“Kedua Partai bertemu dalam rangka silaturahim kebangsaan dan saling menjajaki untuk menyamakan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” kata Sekretaris Jenderal PKS Mustafa Kamal, di DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019.
Pertemuan antara kedua petinggi partai itu dimulai pada 16.00 WIB dan berakhir sekitar 17.03 WIB. Hasil dari pertemuan satu jam ini adalah tiga nota kesepahaman.
Pertama, kedua partai saling menghormati sikap konstitusional dan pilihan politik masing-masing. Partai NasDem menghormati sikap dan pilihan politik PKS untuk berjuang dari luar pemerintahan. Di saat yang sama, PKS juga menghormati sikap dan pilihan politik NasDem di dalam pemerintahan.
Perbedaan sikap politik kedua Partai tidak menjadi penghalang bagi NasDem dan PKS untuk berjuang bersama-sama menjaga demokrasi agar tetap sehat dengan memperkuat fungsi check and balances di DPR RI.
Demokrasi yang sehat itu penting, untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, keagamaan, pendidikan, kesehatan, budaya, dan lainnya.
Kedua, mereka sepakat menjaga kedaulatan NKRI dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 dengan baik dan benar, keluhuran akhlak dan keteladanan para elit sebagai dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mereka juga tidak memberikan tempat kepada tindakan separatisme, komunisme, terorisme, radikalisme, intoleransi, dan lainnya yang bertentangan dengan empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terakhir, kedua partai menyadari bahwa takdir sosiologis dan historis bangsa Indonesia adalah warisan sejarah kerja sama para pendiri bangsa antara kelompok nasionalis yang memuliakan nilai-nilai agama dengan kelompok Islam yang memegang teguh nilai-nilai kebangsaan.
Oleh karena itu, bagi generasi penerus dari dua komponen bangsa tersebut harus mampu menjaga warisan sejarah pendiri bangsa ini dengan saling menghormati, saling memahami, dan saling bekerjasama, dalam rangka menjaga kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan Partai atau golongan.