Tim Patroli Siber Polri Pantau Akun Provokasi Usai Pemilu 2019

Reporter

Andita Rahma

Kamis, 18 April 2019 13:35 WIB

Ilustrasi Anti-Hoax

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri melakukan patroli media sosial sejak pencoblosan pada 17 April 2019 usai sampai pagi tadi, 18 April 2019. Patroli dilakukan guna memantau beredarnya akun-akun yang menyebarkan konten provokasi perihal hasil perhitungan suara Pemilu 2019.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menuturkan patroli menemukan peningkatan akun penyebar konten provokasi sebanyak 40 persen. "Banyak sekali akun-akun menyebarkan konten baik itu narasi, foto, video, rekaman suara, yang mengajak masyarakat berbuat onar, melakukan aksi," ujar Dedi di kantornya, Jakarta Selatan pada Kamis, 18 April 2019.

Baca:Polisi Kantongi Identitas Terduga Pelaku Video Hoaks Server KPU

Dalam narasi konten provokasi yang beredar, masyarakat diajak melakukan aksi protes berdasarkan hasil quick count dari sejumlah lembaga survei. Apalagi berdasarkan hasil pemantauan Tim Siber Bareskrim Polri, ajakan provokasi itu memang meningkat setelah hasil perhitungan cepat pemilu keluar di media massa. "Tidak hanya di Instagram, YouTube atau Facebook. Tapi juga melalui grup percakapan di WhatsApp," ujar Dedi.

Sebelum masa Pemilu 2019, kata Dedi, akun yang menyebarkan konten provokasi berjumlah sekitar 10-20 akun. Tetapi, pascapemilu, jumlah akun itu meningkat mencapai 30-40 akun.

Advertising
Advertising

Sebagai langkah pertama, polisi sudah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir puluhan akun penyebar konten provokasi itu.

Baca: Pengamat: People Power Amien Rais Bentuk ...

Sembari memblokir puluhan akun, Polri juga mengidentifikasi pemilik akun. " Kalau masih menyebarkan provokasi, akan kami lakukan penegakan hukum sebagai langkah terakhir," kata Dedi.

Sementara itu, hari ini Koalisi Aktivis Masyarakat Anti Korupsi dan Hoaks melaporkan sejumlah lembaga survei nasional ke Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan. Koalisi yang diwakili oleh advokat Pitra Romadoni Nasution itu mendesak polisi untuk mengusut tuntas hasil hitung cepat (quick count) Pemilu 2019.

Menurut Pitra, hasil hitung cepat itu membingungkan masyarakat. "Quick count kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan. Sesuai data Komisi Pemilihan Umum (KPU), Prabowo unggul," kata dia pada Kamis, 18 April 2019.

Simak: Gelar Rakor Pemilu, Wiranto Ingatkan TNI - Polri Jaga Netralitas

Sebelumnya, dalam hitung cepat Indikator pada Rabu, 17 April 2019, pukul 21.00 menunjukkan Joko Widodo atau Jokowi unggul dengan perolehan suara 53,89 persen, Prabowo 46,11 persen dengan total suara masuk 92,61 persen.

Indo Barometer menunjukkan Jokowi unggul dengan perolehan suara 54,35 persen, Prabowo 45,65 persen dengan total suara masuk 95,75 persen. Dan Charta Politika mencatat Jokowi unggul dengan perolehan suara 54,44 persen, Prabowo 45,56 persen dengan suara masuk 95,95 persen.

Dari data sementara sejumlah lembaga survei itu, Pitra meminta Polri untuk mengaudit hasil hitung cepat. "Perlu dipertanyakan lagi, survei TPS mana?"

Ia pun mengimbau masyarakat agar menjaga situasi tetap kondusif dan aman, serta menunggu hasil resmi dari KPU. Sebelum menyudahi wawancara, Pitra juga akan meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menindak sejumlah lembaga survei itu.

Berita terkait

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa yang Masuk Kategori Pelat Nomor Khusus?

20 menit lalu

Tak Kebal Aturan Ganjil-Genap, Apa yang Masuk Kategori Pelat Nomor Khusus?

Apa itu pelat nomor khusus dan bagaimana aturannya termasuk saat masuk wilayah sistem ganjil-genap?

Baca Selengkapnya

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

1 jam lalu

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba Sejak September 2023

Polisi juga telah menangani 10 kasus narkoba menonjol sejak 14 Maret hingga 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Ancaman Polri kepada Personel yang Terbukti Gunakan Narkoba

3 jam lalu

Ancaman Polri kepada Personel yang Terbukti Gunakan Narkoba

Polri bakal langsung memecat anggota kepolisian yang terbukti mengkonsumsi narkoba.

Baca Selengkapnya

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

1 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

1 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

2 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

3 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

3 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

3 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya