Pemda Jabar Bangun Empat Pusat Kebudayaan Tahun Ini
Rabu, 6 Maret 2019 18:53 WIB
INFO JABAR - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, tahun ini pihaknya akan membangun empat pusat kebudayaan, yaitu di Kabupaten Sumedang, Garut, Ciamis, dan Subang.
“Pusat kebudayaan ini menandakan pemerintah provinsi (Jawa Barat) sangat peduli dalam pelestarian budaya Sunda. Jadi, nanti wayang golek, pencak silat, kecapi suling, tari jaipongan, dan sebagainya, nanti di sana (pusat kebudayaan) ada pojok Cepot, ada Taman Asep Sunandar Sunarya, ada Taman Kang Ibing, dan sebagainya, bisa dihadirkan di pusat-pusat budaya sesuai makomnya,” ujar Emil, sapaan akrab Gubernur, di Gedung Sate, Bandung, Rabu, 6 Maret 2019.
Emil menuturkan, pihaknya menganggarkan Rp 5 miliar untuk setiap pusat kebudayaan. “Pusat kebudayaan segituh dulu (Rp 5 miliar), nanti dilanjutkan di 2020 buat tambahannya, sambil menambahi yang baru. Nanti kombinasi anggaran kabupaten/kota dengan provinsi,” kata Emil.
Budayawan Tisna Sanjaya mendukung didirikannya pusat kebudayaan di kabupaten/kota di Jawa Barat. Hadirnya pusat kebudayaan, kata Tisna, diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan, pelestarian, riset, hingga pendidikan budaya sekaligus. "Fungsi pusat kebudayaan yang hendak dibangun Pemda Provinsi Jawa Barat harus total dan menyeluruh," ujarnya.
Menurut Tisna, kabar dibangunnya pusat kebudayaan di setiap kabupaten/kota menjadi ‘angin segar’ bagi para pelestari budaya dan masyarakat luas. “Saya senang kalau Pemprov Jabar berencana membangun pusat kebudayaan. Kalau bisa juga melibatkan para ahli dan budayawan itu sendiri, sehingga pusat kebudayaan nantinya juga bisa menjadi pusat riset, sekaligus pusat pendidikan terkait budaya,” ucapnya.
Tisna menambahkan bahwa Jawa Barat memiliki kekayaan budaya dan cara hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Cara hidup ini tercermin dalam perilaku maupun ekspresi. Kearifan lokal inilah yang direkam dan menjadi inspirasi dalam mengkreasikan budaya Jawa Barat.
“Jadi hal-hal seperti itulah yang harus juga diperhatikan. Dikumpulkan data-data semacam itu untuk menjadi sumber data, sumber sejarah, sumber riset, bagi bangunan budaya yang hendak didirikan, sehingga gedung budaya bisa menjadi rekam jejak kemajuan peradaban Jawa Barat, dan gedung budaya menjadi pusat segalanya,” katanya. (*)