Kasus Pembakaran Bendera, Muhammadiyah: Sudah Jangan Diteruskan

Sabtu, 27 Oktober 2018 14:51 WIB

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberi keterangan pers usai bertemu Presiden Joko Widodo di di Istana Merdeka, Jakarta, 13 Februari 2017. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Jumat, 26 Oktober 2018, untuk membahas peristiwa pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat.

Baca juga: Polisi Tetapkan Pengibar Bendera di Garut Tersangka Huru Hara

“Pertemuan antar ormas Islam dengan Pak JK itu pertama-tama kami ingin menyatukan pandangan soal peristiwa pembakaran bendera tersebut,” ujar Haedar di Yogyakarta Sabtu 27 Oktober 2018.

Haedar menuturkan, disepakati oleh antar elemen ormas yang hadir jika peristiwa pembakaran itu sangat disesalkan bisa terjadi. Apapun penafsiran orang tentang lambang bendera tauhid tersebut peristiwa seperti pembakaran itu disepakati tidak boleh terulang karena menimbulkan kegaduhan berbagai elemen.

“Karena sudah menjadi masalah, maka atas kejadian itu tetap ada proses hukum objektif baik dari pelaku pembakaran maupun orang yang diduga membawa bendera itu,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Terkait dengan para pelaku pembakaran yang sudah dibebaskan polisi, Haedar mengatakan proses itu harus berdasar acuan hukum yang berlaku.

“Kalau sudah dibebaskan lalu ada proses apa setelah itu, kami tak akan campur tangan kepada proses dari kepolisian, prinsipnya kami apapun temuan dalam peristiwa itu harus ada proses hukum,” ujarnya.

Selain itu, dari ormas khususnya Muhammadiyah meminta aksi dan respon dari elemen masyarakat atas insiden pembakaran bendera itu disudahi dan tidak diteruskan lagi.

“Kita rekat kembali rasa persaudaraan, saling memahami, dan jangan memperluas masalah,” ujarnya.

Baca juga: JK Imbau Masyarakat Menahan Diri Hadapi Kasus Pembakaran Bendera

Muhammadiyah juga meminta agar perwakilan organisasi masyarakat di daerah ikut mengkonsolidasikan kadernya agar tak memperpanjang masalah atas insiden pembakaran bendera itu.

“Sebaiknya gelombang aksi-aksi itu berhenti, semua kembali saling memaafkan dan semua dicukupkan diganti dengan kegiatan yang produktif,” ujarnya.

Haedar menuturkan, jika ada peristiwa terkait hukum seperti menyangkut organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) atau lainnya pihaknya meminta menyerahkan sepenuhnya pada aparat hukum. “Warga jangan bergerak sendiri, karena kita memiliki aturan,” ujarnya.

Berita terkait

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

1 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

2 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

3 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

6 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

6 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

6 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

7 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

7 hari lalu

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

Haedar Nashir puji Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang menerima hasil putusan MK.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

8 hari lalu

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara ihwal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa hasil Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

9 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya