Beda Tim Purnawirawan TNI, Bravo 5 dan Cakra 19 di Kubu Jokowi
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Rina Widiastuti
Sabtu, 20 Oktober 2018 06:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Bravo 5 dan Cakra 19 merupakan dua kelompok yang termasuk andalan di kubu Jokowi untuk meraup suara di Jawa Barat, provinsi dengan lumbung pemilih terbesar di Indonesia.
Baca: Dua Tim Purnawirawan Kubu Jokowi Hadang Prabowo di Pilpres 2019
Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Maman Imanulhaq, mengatakan, meskipun dua kelompok relawan ini berada di luar tim kampanye nasional, kedua tim itu tetap berkoordinasi dengan tim resmi pemenangan Jokowi-Ma'ruf di pemilihan presiden 2019.
"Khusus untuk tim Bravo-5 dan Cakra-19 memiliki tugas spesifik di Jawa Barat, karena kita kalah di 22 kabupaten di Jawa Barat pada 2014. Mereka kan paham teritorial,” ujar Maman kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Tim Bravo 5 dan Cakra 19 mempunyai perbedaan anggota. Tugas keduanya pun tak sama. Tim Bravo-5 ini terdiri dari para purnawirawan TNI yang sebagian besar merupakan lulusan Akademi Militer angkatan 1970-an, atau se-leting dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Tim ini terbentuk sejak 2013. Tujuannya untuk memenangkan Jokowi-JK di pemilu 2014.
Semula Bravo 5 bermarkas rumah anak Luhut di Jalan Banyumas Nomor 5 Menteng, Jakarta Pusat. Namun, kini markasnya pindah di Jalan Maluku Nomor 32 Menteng, Jakarta Pusat.
<!--more-->
Tim yang sempat dibekukan setelah Jokowi terpilih menjadi presiden ini, diaktifkan kembali dengan misi yang sama, yakni untuk memenangkan Jokowi dan Ma’ruf Amin di pemilihan presiden 2019. "Pada Oktober 2017 lalu, kami duduk bersama dan memutuskan mengaktifkan kembali tim ini,” ujar Ketua Tim Bravo 5 Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi saat ditemui Tempo di markas tim-nya, Selasa dua pekan lalu.
Baca juga: Daftar Purnawirawan Jenderal TNI di Kubu Prabowo - Sandiaga
Ada 21 purnawirawan jenderal yang masuk dalam pengurus inti tim ini. Mereka adalah orang-orang yang dianggap tahu tabiat dan mengerti cara berpikir penantang Jokowi, Prabowo Subianto. Di antaranya yakni; Letjen TNI (Purn) Sumardi, Letjen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy, dan lainnya.
Fachrul tak menampik bahwa banyak pertanyaan soal loyalitas terhadap sesama purnawirawan TNI kepada dirinya dan kawan-kawan, ketika memilih mendukung Jokowi di pemilihan presiden 2019. Namun, menurut Fachrul, politik dan militer adalah dua urusan yang berbeda. "Loyalitas terhadap sesama purnawirawan harus dikalahkan untuk kepentingan bangsa. Jadi di Pilpres ini, kami pilih yang terbaik untuk bangsa ini," ujar dia.
Membahas strategi pemenangan di pilpres 2019, menurut Fachrul, tugas tim Bravo-5 untuk memenangkan Jokowi di pemilu 2019, akan lebih mudah jika dibandingkan dengan pemilu 2014. “Karena dulu kita enggak punya jualan, hanya modal track record saja menang. Sekarang kita punya prestasi. Menurut saya, jualan kita sih hebat banget,” ujar dia.
Fachrul mengatakan, tim ini akan memprioritaskan pergerakan di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat. Di provinsi tersebut, secara angka, Jokowi paling banyak kalah dari Prabowo pada 2014 silam. Tidak banyak program yang disiapkan untuk menggaet pemilih, intinya para relawan tim Bravo-5 diminta menyebarkan prestasi pemerintahan Jokowi lewat berbagai kegiatan masyarakat dan mengeleminasi berbagai isu negatif yang menyerang pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Baca: Tim Sukses Jokowi Tanggapi Pidato Prabowo Soal Ekonomi Kebodohan
Tak hanya menggarap teritorial, tim juga akan fokus menggarap pemilih berdasarkan segmentasi. Untuk itu, selain diisi oleh para jenderal purnawirawan, Bravo-5 juga diisi sejumlah tokoh masyarakat, profesional dan tokoh agama. Berbagai divisi dibentuk. Di antaranya, ada divisi ulama, divisi milineal, divisi buddhis.
Rencana pembentukan divisi non-muslim pun tengah digodok untuk meraup dukungan kaum minoritas. Sejumlah organisasi pengusaha pun juga akan ditarik menjadi bagian relawan Bravo-5. Divisi-divisi ini dianggap penting dibentuk menjembatani komunikasi dengan berbagai pihak. Banyak ulama juga dijadikan ketua tim Bravo-5 di berbagai daerah, seperti Jawa Barat dan Banten. Dengan cara ini, Tim Bravo-5 menargetkan Jokowi-Ma’ruf mendapat kemenangan dengan perolehan suara 60-70 persen.
Tim Cakra 19
<!--more-->
Adapun Cakra 19 dibentuk pada Agustus lalu. Tim yang juga diinisiasi oleh Luhut Binsar Pandjaitan ini bermarkas di Jalan Malabar Nomor 75, Setia Budi, Jakarta Selatan. Cakra 19 berisi purnawirawan TNI yang baru satu-dua tahun pensiun. Sebagian besar memiliki latar belakang personel baret merah alias Kopassus.
Baca: Pilpres 2019: 30 Gubernur Dukung Jokowi VS 4 Dukung Prabowo
Tak hanya berisi bekas tentara, Cakra 19 juga beranggotakan warga sipil dan dipimpin mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto. Anggota tim ini di antaranya; Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus, politikus Golkar, Eko Wiratmoko; bekas Deputi V Kepala Staf Kepresidenan, Andogo Wiradi; serta bekas Kepala Pusat Penerangan lentara Nasional Indonesia, Iskandar Sitompul.
Pada Maret 2018, Cakra 19 mulai bekerja mendata purnawirawan TNI di semua wilayah yang berpotensi membantu memenangkan Jokowi. Para pensiunan yang pernah menjabat panglima komando daerah militer menjadi koordinator di wilayah tersebut. Merekalah yang menarik mantan anak buahnya ke tim pemenangan di wilayah itu.
Kelompok relawan Cakra 19 ini memiliki tiga tugas penting untuk pesta demokrasi pada Pemilu 2019. "Tugas pertama kami memastikan Jokowi hanya memiliki satu lawan dalam kontestasi pilpres 2019," kata Andi Widjajanto saat menghadiri acara sayap Partai Golkar, Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), di Hotel Century, Senayan, Jakarta, Sabtu, 29 September 2018.
Andi mengklaim, dalam tugas pertamanya itu, Cakra 19 telah sukses memastikan lawan politik Jokowi hanya lawan tunggal. Sedangkan pada tugas kedua, relawan loyalis Jokowi ini mengaku akan memastikan bahwa pasangan capres nomor urut 01 itu memenangkan kontestasi pilpres dengan persentase minimal 55 persen. Andi yakin tugas kedua itu gampang dilalui. Musababnya, ujar Andi, merujuk pada survei-survei independen, elektabilitas Jokowi - Ma'ruf masih di atas 50 persen.
Tugas ketiga, memastikan koalisai partai politik pendukung mendapatkan hasil pemilihan legislatif yang baik untuk memperkuat parlemen hasil pemilu 2019 termasuk Golkar di dalamnya. "Dukungan Golkar dibutuhkan untuk memastikan pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin akan dijalankan dengan dukungan parlemen yang kuat," katanya.