GKR Hemas Menilai Pelarangan Sedekah Laut Upaya Merusak Budaya

Senin, 15 Oktober 2018 06:41 WIB

Sejumlah nelayan Desa Tawang, Kendal, Jawa Tengah melarung replika kapal sebagai bagian ritual sedekah laut, (7/5). Ritual tersebut merupakan ungkapan syukur para nelayan dan pengharapan agar hasil tangkapan meningkat. TEMPO/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - Permaisuri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, menyebut pelarangan sedekah laut di Pantai Baru, Srandakan Bantul, Yogyakarta merupakan upaya merusak budaya dan tradisi Indonesia.

Baca: Sekjen NU Kecam Teror Acara Sedekah Laut di Yogyakarta

“Yang melarang sedekah laut itu tidak paham budaya bangsa,” kata Hemas kepada Tempo melalui sambungan telepon, Ahad, 14 Oktober 2018. GKR Hemas menegaskan budaya dan tradisi tidak sama dengan agama. Sedekah laut merupakan kebiasaan masyarakat yang memperkuat budaya dan perlu terus dilestarikan.

Hemas menegaskan polisi harus menuntaskan kasus pelarangan sedekah laut yang berujung pada perusakan properti acara. Ia mengapresiasi masyarakat yang aktif melapor kepada polisi ihwal tindakan pelaku yang mencoba merusak budaya dan tradisi Indonesia.

Hemas juga meminta seluruh masyarakat Yogyakarta untuk menjaga tradisi budaya yang sudah berjalan bertahun-tahun. Tanggung jawab menjaga tradisi budaya, seperti sedekah laut itu, kata Hemas, bukan hanya ada di Keraton Yogyakarta, melainkan seluruh masyarakat Yogyakarta.

Advertising
Advertising

Sejumlah warga mengarak perahu yang berisi Sesajen yang akan dilepas ke laut saat pesta laut di Cituis, Tangerang, Banten (28/9). Tradisi pesta laut atau sedekah laut merupakan tradisi turun temurun sejak nenek moyang. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Sebelumnya puluhan orang merusak properti sedekah laut pada Jumat, 12 Oktober 2018 pukul 23.00. Mereka datang mengancam dan merusak penjor atau hiasan dari janur yang ditempatkan di gapura lokasi acara sedekah laut. Mereka juga memasang spanduk bertuliskan menolak kesyirikan berbalut budaya. Kapolres Bantul, Ajun Komissaris Besar Polisi (AKBP) Sahat Marisi Hasibuan mengatakan telah memeriksa sembilan saksi. Tapi, hingga kini polisi belum menetapkan tersangka pengganggu acara tersebut.

Baca: Gus Miftah: Yang Meneror Acara Sedekah Laut Gagal Paham

Warga Pantai Baru, Srandakan, Bantul, Suyatno, mengatakan warga Pantai Baru yang hendak menjalankan sedekah laut ketakutan ketika sejumlah orang datang dan merusak properti sedekah laut. Pelaku yang lebih dari 10 orang itu merusak penjor yang panitia pasang di gapura atau pintu masuk. Pelaku juga memasang tiga spanduk yang isinya tentang larangan sedekah bumi. “Sebagian panitia lari ketakutan,” kata Suyatno.

Dia mengatakan acara sedekah laut di Srandakan itu telah berlangsung selama 21 tahun. Sedekah laut menjadi ungkapan rasa syukur nelayan yang digelar setiap awal panen ikan atau musim keempat dalam hitungan kalender Jawa.

Sedekah laut biasanya menggelar serangkaian kegiatan budaya, di antaranya arak-arakan bergodo, mengarak ikan bakar yang dihias dalam bentuk gunungan, kesenian reog, tari gambyong. Panitia menyediakan 2.500 nasi gurih untuk dimakan bersama seluruh orang yang datang. “Sebagian juga berdzikir bersama. Bukan musyrik. Sebagian dari kami beragama Islam,” kata dia.

Sedekah laut mengundang 700 warga Pantai Baru Srandakan, 250 tamu undangan, dan pengunjung. Pada Sabtu pagi, 13 Oktober panitia tetap menggelar acara tersebut. Tapi, acara itu tidak sesuai dengan rencana awal. Misalnya hanya sebagian kirab saja yang digelar. “Kami berharap aparat keamanan dan pemerintah melindungi kami. Ini kan acara nguri-nguri tradisi,” kata dia.

Berita terkait

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

18 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

29 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

49 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

50 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya