TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok orang tidak dikenal mengobrak-abrik properti yang akan digunakan untuk upacara sedekat laut di Pantai Baru, Bantul pada Jumat, 12 Oktober 2018. Acara tersebut sejatinya bakal digelar pada Sabtu, 13 Oktober 2018.
Baca: Gus Miftah: Yang Meneror Acara Sedekah Laut Gagal Paham
"Informasi yang kami himpun dari masyarakat menyebutkan kelompok ini datang untuk merusak apa yang sudah dipersiapkan masyarakat untuk sedekah laut dan langsung pergi," kata Kepala Kepolisian Resor Bantul, Ajun Komisaris Besar Sahat M. Hasibuan saat dihubungi Ahad, 14 Oktober 2018.
Selain merusak perlengkapan upacara adat sedekah laut, kelompok ini juga memasang spanduk bertuliskan, "Kami menolak semua kesyirikan berbalut budaya, sedekah laut atau selainnya."
Sahat mengaku belum mengetahui persis dari kelompok mana yang melakukan teror terhadap tradisi tahunan warga pesisir ini. Hanya saja polisi telah memeriksa 9 orang saksi dari peristiwa itu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Helmy Faishal Zaini mengecam insiden tersebut. "Indonesia bukan negara agama, tapi Indonesia itu negara yang beragama," kata Helmy saat ditemui di Pondok Pesantren Krapyak Ahad, 14 Oktober 2018.
Helmy menjelaskan, dengan pengertian bahwa Indonesia negara yang beragama itu maka wajib hukumnya untuk setiap orang menghormati keberagaman untuk berbagai aliran kepercayaan yang ada. Helmy menambahkan Indonesia sebagai negara majemuk jelas memiliki keberagaman baik agama, suku, golongan, kepercayaan, dan etnis
"Tidak bisa lalu main hakim sendiri, Indonesia negara hukum, sudah ada aparat hukum, dan aparat punya dasar hukum untuk menindak yang dianggap melanggar hukum," kata dia. Helmy pun menyebut jika tradisi Sedekah Laut itu hanya salah satu budaya lokal dari pesisir. Masih banyak budaya lokal yang tumbuh dan eksis di Indonesia.
Simak juga: Nelayan Cilacap Siapkan Upacara Sedekah Laut
Helmy mengatakan akan susah jika definisi musyrik disematkan pada orang per orang atau kelompok tertentu oleh golongan yang tidak setuju seperti dalam insiden sedekah laut di Yogyakarta. "Nanti orang ziarah kubur dibubarin, orang menggelar maulid nabi, selametan, dibubarin, klaim kebenaran ini kan bisa macam macam," kata dia.