Nestapa Korban Gempa di Lombok Timur, Kumpulkan Logistik Sendiri
Reporter
Antara
Editor
Juli Hantoro
Kamis, 23 Agustus 2018 16:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengungsi korban gempa di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terpaksa mencari sendiri logistik
seperti bahan pokok setelah sejak gempa tektonik 6,9 skala richter (SR) pada Minggu 19 Agustus 2018, belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Baca juga: Gempa 5,4 SR Guncang Bali, Begini Penjelasan BMKG
"Kami terpaksa mengurus sendiri, meminta bantuan dari medsos saja," kata Munawir Haris, warga Dusun Labu Pandan, Sambalia, Lombok Timur yang juga Ketua Yayasan Anak Pantai, kepada Antara, Kamis 23 Agustus 2018.
Korban terdampak gempa tektonik itu memanfaatkan jejaringnya atau rekan-rekannya melalui media sosial, untuk mempertahankan hidup. Walhasil bantuan pun datang terutama dari luar Lombok.
Hasilnya, kata dia, dirinya mendapatkan bantuan melalui rekan-rekannya yang kemudian disalurkan kepada pengungsi korban gempa yang terus terjadi di daerah tersebut.
Munawir mengatakan, sulit sekali berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah. Seolah-olah pemerintah membiarkan rakyatnya mengurus sendiri.
Baca juga: Kurang Koordinasi, Penyebab Bantuan Gempa Lombok Tidak Merata
Sebenarnya kebutuhan yang paling ditunggu adalah, terpal, selimut, dan air serta popok bayi. "Terpal dan selimut penting, karena banyak pengungsi dari kalangan anak-anak. Sekarang saja sudah banyak yang terserang penyakit batuk-batuk dan flu," katanya.
Demikian pula dikatakan oleh Rizal Januadi, warga Dusun Sugian, Sambalia, Lombok Timur, yang belum juga mendapatkan bantuan padahal dusunnya sekitar lima kilometer dari pusat gempa di Pulau Gili Sulat.
"Kalau menunggu pemerintah tidak mungkin, kita harus bertahan. Ya cari sendiri," ujar Rizal.
Rudi, warga Desa Belanting, yang mengaku dirinya berinisiatif mengumpulkan logistik atau bantuan dari rekan-rekannya yang berkuliah di Yogyakarta, Makassar dan Surabaya.
Baca juga: Pengungsi Anak Gempa Lombok Keluhkan Sejumlah Penyakit. Apa Saja?
"Saya meminta rekan-rekan kuliah untuk turut membantu. Sebenarnya meminta bantuan sudah dilakukan sejak awal gempa 7 SR yang berpusat di Lombok Utara dan disumbangkan ke Tanjung, Lombok Utara. Tiba-tiba saja sekarang kami jadi korban juga," katanya.