20 Tahun Reformasi, Kasus Aktivis Hilang Tak Jelas Rimbanya

Kamis, 3 Mei 2018 13:12 WIB

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Yati Andriani. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki 20 tahun reformasi, kasus hilangnya aktivis 1997-1998 hingga kini tak jelas rimbanya. Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau Kontras, Yati Andriyani, mengatakan kasus hilangnya aktivis ini masih sengaja ditutupi.

"Kehendak politik yang lemah dari pemerintah, lemahnya penegakan hukum, dan impunitas yang dilestarikan tidak saja membuat penegakan hukum untuk kasus-kasus pelanggaran HAM berat, seperti kasus penculikan dan penghilangan paksa mandek, tapi juga telah membuat para pihak yang seharusnya dimintai pertanggungjawaban bisa kembali membangun kekuatan politik," ujarnya melalui pesan WhatsApp, Rabu, 2 Mei 2018.

Baca juga: 18 Tahun Reformasi, ICJR: Kebebasan Ekspresi Masih Terancam

Menurut Yati, mekanisme vetting atau mempertimbangkan rekam jejak para petugas untuk memfilter para pihak yang diduga terkait dengan pelanggaran HAM berat tidak berlaku. Hal ini berdampak pada sikap permisif negara dan masyarakat atas masalah ini.

Yati berpendapat, sampai menjelang 20 tahun reformasi, kita mengalami kegagalan penegakan hukum dan HAM atas kasus-kasus pelanggaran HAM berat, termasuk kasus penculikan. "Ketiadaan penghukuman, ketiadaan keadilan, ketiadaan pengungkapan kebenaran atas peristiwa tersebut menunjukkan keadilan transisi di negara ini gagal dan keluar jalur," tuturnya.

Advertising
Advertising

Kasus penculikan itu terjadi menjelang transisi kepemimpinan Orde Baru. Belasan aktivis dinyatakan hilang. Ada pula yang diculik dan disiksa sebelum akhirnya dilepaskan. Mantan aktivis 1998 yang juga korban penculikan, Raharja Waluyo Jati, menyatakan dia dan beberapa orang disekap di ruang berhawa pengap. "Seperti ruang bawah tanah," tuturnya pada 2014.

Baca juga: KPK: Beregenerasi, Koruptor Muda Produk Era Reformasi

Jati mengaku selalu mendapat siksaan saat disekap. "Jika tak salah, tujuh hari saya disekap," kata Jati. Sampai sekarang, 13 orang masih belum kembali, termasuk Wiji Thukul, Herman Hendrawan, dan Suyat.

Presiden Joko Widodo sewaktu mencalonkan diri menjadi presiden pada 2014 menyatakan komitmennya untuk menangani kasus penculikan aktivis pada 1998. Menurut Jokowi, tragedi yang terjadi ketika itu perlu diusut agar dapat memberi rasa keadilan bagi para korban. "Kasus itu harus diselesaikan. Itu komitmen saya," ujarnya, Jumat, 4 Juli 2014.

Berita terkait

Rekam Jejak Pernyataan Kontroversial Wamen Perumahan Fahri Hamzah: Soal Kritik KPK, Demo Mahasiswa, dan Oposisi Kritis

6 hari lalu

Rekam Jejak Pernyataan Kontroversial Wamen Perumahan Fahri Hamzah: Soal Kritik KPK, Demo Mahasiswa, dan Oposisi Kritis

Fahri Hamzah menjabat Wakil Menteri Perumahan. Ini rekam jejak pernyataan kontroversialnya selama ini soal kritik KPK, Demo Mahasiswa, oposisi kritis.

Baca Selengkapnya

Sederet Kontroversi Menteri-menteri Prabowo setelah Beberapa Hari Dilantik

12 hari lalu

Sederet Kontroversi Menteri-menteri Prabowo setelah Beberapa Hari Dilantik

Sejumlah menteri Presiden Prabowo terlibat dalam kontroversi yang mengundang perhatian publik.

Baca Selengkapnya

Gembar-gembor Jokowi Soal Revolusi Mental, Bagaimana Hasilnya Setelah 10 Tahun Pemerintahannya?

25 hari lalu

Gembar-gembor Jokowi Soal Revolusi Mental, Bagaimana Hasilnya Setelah 10 Tahun Pemerintahannya?

Jokowi segera purnatugas. Di awal pemerintahannya, Jokowi gembar-gemborkan soal program revolusi mental. Bagaimana hasilnya setelah 10 tahun berkuasa?

Baca Selengkapnya

Sidang Helena Lim, Saksi Ungkap Penambangan Ilegal di PT Timah Marak Pasca-Reformasi

26 hari lalu

Sidang Helena Lim, Saksi Ungkap Penambangan Ilegal di PT Timah Marak Pasca-Reformasi

Saksi kasus dugaan korupsi timah, Ichwan Azwardi Lubis, mengungkapkan penambangan ilegal di PT Timah marak terjadi pasca-reformasi.

Baca Selengkapnya

Kurawal Foundation Kupas Strategi Utama Politik Jokowi dalam Jokowisme, Populisme dan Infrastrukturalis

27 hari lalu

Kurawal Foundation Kupas Strategi Utama Politik Jokowi dalam Jokowisme, Populisme dan Infrastrukturalis

Ideologi Jokowisme yang diusung relawan Alap-Alap Jokowi punya dua strategi utama dalam berpolitik yaitu populisme dan infrastrukturalis. Ini artinya

Baca Selengkapnya

Aliansi Serikat Buruh Dukung Airin-Ade, Meminta Reformasi Ketenagakerjaan

28 hari lalu

Aliansi Serikat Buruh Dukung Airin-Ade, Meminta Reformasi Ketenagakerjaan

Sejumlah program untuk mengatasi pengangguran antara lain, revitalisasi dan peningkatan jumlah Balai Latihan Kerja (BLK), training center yang bekerja sama dengan dunia industri, dan sekolah vokasi.

Baca Selengkapnya

Ragam Respons ihwal Nama Soeharto Dicabut di TAP MPR

36 hari lalu

Ragam Respons ihwal Nama Soeharto Dicabut di TAP MPR

MPR menghapus nama Presiden ke-2 RI Soeharto dari Pasal 4 dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998. Sejumlah kalangan angkat bicara.

Baca Selengkapnya

Nama Soeharto Dihapus dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998, Apa Kata Amnesty International Indonesia?

37 hari lalu

Nama Soeharto Dihapus dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998, Apa Kata Amnesty International Indonesia?

Keputusan menghapus nama Soeharto dari TAP MPR Nomor 11/1998 dinilai bakal berdampak bagi masyarakat sipil dan para korban kejahatan masa lalu.

Baca Selengkapnya

Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

53 hari lalu

Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

Dukungan publik terhadap Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dititik terendah sejak dia menjabat sebagai orang nomor satu di Korea

Baca Selengkapnya

Nawawi Pomolango Tolak Anggapan KPK Anak Kandung Pemerintahan Megawati

53 hari lalu

Nawawi Pomolango Tolak Anggapan KPK Anak Kandung Pemerintahan Megawati

Nawawi Pomolango mengatakan seharusnya KPK lahir pada Agustus 2001, namun, KPK tak kunjung dibentuk karena banyak pihak tak menginginkannya.

Baca Selengkapnya