Polisi Tangkap Penyebar Hoax yang Bajak 1.000 Akun Facebook

Kamis, 8 Maret 2018 14:50 WIB

Identitas anggota grup penyebar berita hoax MCA ditunjukkan dalam rilis di Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Jakarta, 28 Februari 2018. Tugas dari MCA ialah menyerang akun lawan dengan menyebar virus-virus hingga gawai milik lawan rusak dan menstrategikan isu baru untuk lawan. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Siber Badan Reserse Kriminal Mabes Polri menangkap seorang pria berinisial KB, penyebar isu sara dan berita bohong atau hoax. Tersangka yang merupakan lulusan teknik informasi ini telah membajak 1.000 akun Facebook untuk menyebarkan berita bohong.

"Tersangka menyebarkan berita bohong dan ujaran kebencian dengan meng-hack akun FB orang lain," kata Kepala Subdirektorat I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Komisaris Besar Irwan Anwar di kantornya pada Kamis, 8 Maret 2018.

Baca: Kemenkominfo Serahkan Jejak Digital The Family MCA ke Polisi

Irwan mengatakan tersangka terbukti menyebarkan berita bohong antara lain dengan konten suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan isu penyerangan ulama. Selain itu, kata dia, tersangka menyebarkan berita yang mencemarkan nama baik sejumlah tokoh nasional, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut Irwan, tersangka tidak terhubung dengan kelompok penyebar hoax, seperti Saracen atau Muslim Cyber Army. "Tidak ada indikasi terhubung dengan satu kelompok," ujar Irwan.

Advertising
Advertising

Menurut Irwan, meski tersangka juga menyerang sejumlah tokoh nasional, tidak ditemui motif politik. "Belum ada indikasi kalau ada yang mengorder posting-an tersangka," ucapnya.

Baca: Jadi Konseptor The Family MCA, Perempuan Ini Diburu Polisi

Dalam menjalankan aksinya, kata Irwan, pelaku tidak menentukan akun yang akan dibajaknya. Tersangka memilih secara acak untuk mengganti kata sandi akun yang dia bajak.

Namun Irwan enggan menjelaskan cara dan sistem yang digunakan pelaku dalam membajak akun orang lain. "Pemeriksaan lab sementara, ada 50 akun yang sudah dia ganti kata sandinya, sedangkan yang di-hack ada 1.000 lebih," tuturnya.

Irwan mengatakan motif pelaku menyebarkan hoax karena ekonomi. Dari unggahannya, pelaku mampu mendapatkan keuntungan dari Google AdSense. Selain itu, kata dia, pelaku merasa didiskreditkan pemeluk agama mayoritas. "Pelaku merasa sakit hati sebagai kelompok minoritas," katanya.

Berita terkait

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 jam lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

3 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

6 jam lalu

300 Demonstran pro-Palestina di Universitas Colombo Ditahan

Sekitar 300 demonstran pro-Palestina di Universitas Colombia ditahan polisi setelah unjuk rasa mulai mengganggu proses belajar-mengajar.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

16 jam lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

18 jam lalu

Polisi Ungkap Tempat Produksi Ganja Sintetis 'Pinaca' di Sentul, Bahan Baku Dibeli dari Cina Pakai Crypto

Polda Metro Jaya mengungkap laboratorium terselubung narkoba jenis cannabinoid/MDMB-4en-Pinaca atau ganja sintetis di Sentul, Bogor.

Baca Selengkapnya

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

19 jam lalu

Pembunuh Mayat dalam Koper Diduga Tak Sendirian Membunuh Korban

Polisi saat ini masih mendalami keterlibatan orang-orang yang diduga membantu pelaku pembunuhan korban yang mayatnya ditemukan dalam koper.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

19 jam lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

20 jam lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

20 jam lalu

Polisi Ungkap Mayat Perempuan dalam Koper Sempat Disetubuhi sebelum Dibunuh

Polisi mengungkapkan Ahmad Arif Ridwan Nuwloh (29) menyetubuhi RM, sebelum membunuhnya dan mayat perempuan itu ditemukan di dalam koper di Cikarang.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

20 jam lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya