Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, usai mengunjungi milad Tempo yang ke-47, Jakarta, 6 Maret 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, mengaku ikhlas dengan musibah yang menimpanya. Ia menyatakan mendukung pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) yang diusulkan Koalisi Masyarakat Sipil. Namun, ia meminta tim itu harus bisa melindungi seluruh pemberantas korupsi yang masih aktif atau tidak hanya dibentuk khusus untuknya.
“Saya ingin perjuangan pemberantas korupsi terlindungi dan terjaga, bukan hanya untuk saya. TGPF untuk orang-orang yang perlu dan masih akan memberantas korupsi. Kalau mereka berpotensi terancam oleh ‘gangster’, maka itu berbahaya untuk perjuangan. Ini bukan bicara untuk saya, tapi untuk semua orang,” ujar Novel Baswedan saat ditemui di Gedung Tempo, Jakarta, 6 Maret 2018.
Ia mengaku tidak terlalu ambil pusing soal siapa orang yang akan masuk ke TGPF. Menurut dia, yang paling berkepentingan dalam pembentukan tim itu adalah Presiden Joko Widodo. Sehingga, ia menilai, kecepatan Jokowi dalam membentuk TGPF akan membuktikan keseriusan pemerintah menegakkan hukum dan upaya melindungi pemberantasan korupsi di Indonesia.
“Kalau itu tidak dilakukan, komitmen pemerintah dipertanyakan,” ujarnya.
Novel Baswedan mendapatkan teror penyerangan fisik berupa penyiraman air keras pada 11 April 2017. Air keras itu disiramkan oleh seseorang yang tidak dikenal tepat ke wajahnya saat dia selesai menunaikan ibadah salat subuh di masjid.
Setelah penyiraman itu, Novel segera dilarikan ke Unit Gawat Darurat RS Mitra Keluarga. Selang sekitar sebulan kemudian, Novel dibawa ke Singapore National Eye Centre di Third Hospital Avenue Nomor 11. Sejak saat itu, Novel menjalani serangkaian operasi untuk mengembalikan penglihatannya di sana.
Hingga hari ini, penyerang penyidik senior KPK itu belum terungkap. Padahal, Kepolisian Daerah Metro Jaya telah merilis sketsa wajah dua orang yang diduga melakukan penyiraman kepada Novel pada 24 November 2017. Sketsa itu diklaim pihak kepolisian sudah 90 persen mendekati kemiripan dengan pelaku.
Novel mengaku perkembangan pengusutan atas kasusnya oleh polisi belum terlihat. Bahkan, selama rentang waktu insiden itu hingga saat ini, ia mengaku polisi baru membuat berita acara pemeriksaan (BAP) sebanyak dua kali.
Novel Baswedan mengatakan akan mengomentari keseriusan pemerintah dalam menangani kasusnya setelah operasi mata kiri tahap dua selesai dilakukan akhir Maret ini. Untuk saat ini dia mengaku masih mau berfokus pada pengobatan matanya.
“Saat sudah selesai operasi tahap dua, saya akan sampaikan hal-hal yang penting untuk disampaikan,” ujarnya.