Sejumlah mahasiswa melakukan aksi Peringatan 17 Tahun Tragedi Semanggi 1998 dilokasi tertembaknya Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan) mahasiswa Universitas Atma Jaya yang tewas saat peristiwa Semanggi I di Kampus Atma Jaya, Jakarta, 13 November 2015. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta – Jaringan Aktivis Reformasi 98 (Jari 98) menggelar diskusi bertajuk "Refleksi dan Renungan Akhir Tahun 2017 bersama 1000 Aktivis." Refleksi akhir tahun itu digelar di Ruko Vicktoria Nomor 3 BSD, Jalan Raya Buaran Ciater, Serpong, Tangerang Selatan, 31 Desember 2017 mulai pukul 22.00 WIB hingga masuk pergantian tahun 2018.
Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa mengatakan refleksi akhir tahun dilakukan guna memperkuat tali silaturahmi serta untuk menyamakan visi misi demi kemajuan bangsa. “Kami ingin memperkuat silaturahmi untuk kemajuan bangsa,” kata Willy, Ahad, 31 Desember 2017.
Selain itu, kata Willy, refleksi akhir tahun tersebut merupakan salah satu bentuk kontrol sosial terhadap negara, khususnya dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan Undang-Undang 1945.
Dalam acara itu tampak hadir puluhan mantan aktivis gerakan reformasi 1998 yang tergabung dalam Jari 98. Beberapa aktivis pun menyampaikan orasi-orasi berisi kritik terhadap pemerintahan saat ini dan harapan untuk pemerintahan di tahun mendatang.
Menurut Willy selain permasalahan ekonomi, Indonesia juga sedang didera ancaman intoleransi dan radikalisme. Permasalahan tersebut, kata Willy, tidak cukup diselesaikan hanya dengan penegakan hukum namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan pendidikan. "Agar tidak muncul paham berani mati karena takut hidup. Itu ideologi maut namanya," kata dia.
Aliansi Serikat Buruh Dukung Airin-Ade, Meminta Reformasi Ketenagakerjaan
28 hari lalu
Aliansi Serikat Buruh Dukung Airin-Ade, Meminta Reformasi Ketenagakerjaan
Sejumlah program untuk mengatasi pengangguran antara lain, revitalisasi dan peningkatan jumlah Balai Latihan Kerja (BLK), training center yang bekerja sama dengan dunia industri, dan sekolah vokasi.