Panglima Diganti, CSIS: Gatot Nurmantyo Sulit Jaga Elektabilitas

Rabu, 6 Desember 2017 05:05 WIB

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo didampingi KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H/2017 M di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11). ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan tidak mudah bagi Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk bisa bertarung dalam pemilihan presiden 2019. Menurut Arya, Gatot akan kesulitan menjaga elektabilitasnya, terutama setelah ia pensiun sebagai Panglima TNI.

Arya menjelaskan, kekuatan utama Gatot selama ini dalam menarik perhatian publik adalah jabatannya sebagai panglima. Tetapi saat menjadi panglima seperti saat ini saja, elektabilitas Gatot masih ada di bawah 5 persen.

Survei CSIS pada September lalu menunjukkan elektabilitas Gatot ada di kisaran 1,8 persen. Jumlah ini naik dari tahun lalu yang hanya 0 persen. "Saya kira memang tidak mudah bagi Gatot Nurmantyo untuk mendapatkan perhatian publik setelah tak lagi menjadi panglima, soalnya ia kehilangan panggung setelah pensiun. Tantangan Gatot mendapatkan tiket pencalonan juga masih sulit," kata Arya saat dihubungi, Selasa, 5 Desember 2017.

Presiden Joko Widodo mengirimkan surat permohonan persetujuan pemberhentian dengan hormat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pengangkatan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon Panglima TNI. Surat tersebut diserahkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, Senin 4 Desember 2017.

Arya menjelaskan, saat ini Gatot diuntungkan karena posisinya sebagai panglima TNI. Namun bila ia pensiun, ia akan butuh usaha yang sangat keras agar bisa mendapatkan perhatian publik. Menurut Arya, bila Gatot benar-benar berminat maju dalam Pilpres 2019, maka ia pasti akan melakukan upaya keras itu.

Advertising
Advertising

Namun, Arya mengaku belum bisa mengetahui langkah tepat apa yang harus dilakukan oleh Gatot agar bisa bersaing di Pilpres 2019. Sosok Gatot saat ini dikenal dekat dengan sejumlah tokoh Islam. Namun, kata Arya, hal itu belum tentu bisa menjadi pegangan lantaran karakter pemilih muslim yang sangat longgar.

Pemilih muslim di Indonesia, kata Arya, tersebar ke banyak partai dan tidak dominan ke salah satu partai atau kandidat calon presiden. "Jadi bila Gatot Nurmantyo menggarap pemilih muslim secara masif harus menyadari bahwa pemilih muslim akan fleksibel dalam memilih, karena akan banyak juga yang akan memilih Presiden Joko Widodo," tutur Arya.

Berita terkait

Alasan KAMI Nonaktifkan Anggotanya yang Dukung Calon di Pilpres 2024

24 November 2023

Alasan KAMI Nonaktifkan Anggotanya yang Dukung Calon di Pilpres 2024

Meski begitu, Gatot Nurmantyo mengatakan pihaknya tidak bisa melarang anggotanya untuk mendukung salah satu pasangan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gatot Nurmantyo Tegaskan Tak Mendukung Salah Satu Calon di Pilpres 2024

24 November 2023

Gatot Nurmantyo Tegaskan Tak Mendukung Salah Satu Calon di Pilpres 2024

Gatot Nurmantyo mengatakan aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia yang dukung mendukung di Pilpres 2024 hari ini mulai dinonaktifkan.

Baca Selengkapnya

Jenderal Agus Subiyanto Panglima TNI ke-6 Masa Pemerintahan Jokowi, Berikut Profil Lainnya

24 November 2023

Jenderal Agus Subiyanto Panglima TNI ke-6 Masa Pemerintahan Jokowi, Berikut Profil Lainnya

Perjalanan kepemimpinan Panglima TNI selama sembilan tahun pemerintahan Jokowi, dari Moeldoko hingga Jenderal Agus Subiyanto.

Baca Selengkapnya

Usung Anies Baswedan Sebagai Capres, Partai Ummat Akui Belum Komunikasi dengan Partai Anggota Koalisi Perubahan

19 Februari 2023

Usung Anies Baswedan Sebagai Capres, Partai Ummat Akui Belum Komunikasi dengan Partai Anggota Koalisi Perubahan

Partai Ummat menyatakan akan segera menjalin silaturahmi dengan partai anggota Koalisi Perubahan soal dukungan mereka terhadap Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Ini Cerita Anies Baswedan Dapat Dukungan Partai Ummat

18 Februari 2023

Ini Cerita Anies Baswedan Dapat Dukungan Partai Ummat

Partai Ummat menyatakan Anies Baswedan bukan calon tunggal yang sempat mereka pertimbangkan untuk maju pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

10 Kasus Nikita Mirzani Membuatnya Harus Berurusan dengan Polisi

26 Juli 2022

10 Kasus Nikita Mirzani Membuatnya Harus Berurusan dengan Polisi

Nikita Mirzani ditangkap Satreskrim Polresta Serang Kota Polda Banten di Senayan City, Jakarta Selatan, 21 Juli 2022. Ini kontroversi lainnya.

Baca Selengkapnya

UAS Ditolak Singapura, Wamenag: Jangan Dikaitkan Soal Pesanan Jakarta

20 Mei 2022

UAS Ditolak Singapura, Wamenag: Jangan Dikaitkan Soal Pesanan Jakarta

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menyatakan prihatin terhadap kasus pencekalan Ustad Abdul Somad atau UAS di Singapura.

Baca Selengkapnya

Hadir di Partai Pelita, Gatot Nurmantyo Bilang Tidak Berpartai

16 Mei 2022

Hadir di Partai Pelita, Gatot Nurmantyo Bilang Tidak Berpartai

Gatot Nurmantyo tidak merinci apakah dirinya diajak Din hanya sekedar untuk hadir di rakernas atau diajak menjadi kader partai.

Baca Selengkapnya

Din Syamsuddin Bilang Partai Pelita Lahir untuk Perbaiki Kerusakan Struktural

16 Mei 2022

Din Syamsuddin Bilang Partai Pelita Lahir untuk Perbaiki Kerusakan Struktural

Din Syamsuddin menjelaskan Partai Pelita tetap terbuka untuk bekerja sama dengan partai politik manapun.

Baca Selengkapnya

Kala Gatot Nurmantyo Ikut Tampil di Rakernas Partai Pelita

16 Mei 2022

Kala Gatot Nurmantyo Ikut Tampil di Rakernas Partai Pelita

Gatot Nurmantyo secara dadakan diminta memberi testimoni soal Partai Pelita dalam Rakernas yang dibuka Din Syamsuddin hari ini.

Baca Selengkapnya