3 Tahun Jokowi-JK dan 8 Poin Bisikan dari Yogya

Senin, 23 Oktober 2017 05:45 WIB

Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas penanganan erupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali, di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 28 September 2017. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, YOGYAKARTA -- Kalangan budayawan dan akademikus selama dua hari 21-22 Oktober 2017 berdiskusi dan memberikan sejumlah rekomendasi tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Mereka yang membahas rekomendasi dalam diskusi kelompok terfokus itu di antaranya pemikir Indonesia yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dan Cendekiawan Ignas Kleden. Diskusi terfokus dan Seminar itu diberi nama Bisikan dari Jogja: Refleksi dan Evaluasi Bidang Kebudayaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Yogyakarta.

Setidaknya ada delapan poin rekomendasi yang dibacakan, diantaranya para budayawan dan akademikus yang hadir mencatat kampanye dimainkan melalui sentimen primordialisme hingga muncul frase perang suci dan membangkitkan hantu komunisme. Mereka menyarankan Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu melarang penggunaan isu primordial dan radikal dalam kampanye.

BACA:Buya Syafii Maarif: Indonesia Butuh Negarawan Petarung

Poin kedua adalah ada gejala menyatunya kekuatan Orde Baru dan kelompok garis keras. “Diperlukan pendidikan karakter yang anti-kekerasan dan membangun budaya toleransi,” kata panitia seminar yang juga Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yoseph Yapi Taum, Ahad, 22 Oktober.

Advertising
Advertising

Poin ketiga, selama 3 tahun Jokowi JK, ada ancaman populisme yang digerakkan oleh primordialisme relijius juga menjadi pembahasan dalam seminar itu. Kelompok-kelompok tertentu menggunakan kekerasan verbal dan non-verbal dan berita-berita palsu atau hoax menjamur. Populisme menjadi semakin rumit karena ditandai dengan kembalinya kekuatan militer ke dalam politik sipil.

Keempat, ada gejala menyatunya kekuatan koruptif sehingga lembaga penegakan hukum seperti KPK, kejaksaan, kepolisian, kehakiman harus diperkuat.

Kelima, catatan yang tidak kalah penting adalah wajah universitas dan lembaga pendidikan yang menampilkan doktrin radikal. Paham wahabisme masuk ke lembaga pendidikan, seperti kampus-kampus.

Baca: Buya Syafii Maarif dan Mengapa Politikus Indonesia Kian Agresif

Profesor Kajian Studi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Syafaatun Almirzanah mengatakan mahasiswa jurusan eksakta rentan terpengaruh kelompok radikal. Penyebabnya adalah mereka tidak terbiasa dengan pemikiran dengan banyak sudut pandang. Jurusan-jurusan eksakta itu terbiasa dengan pikiran-pikiran hitam putih

Mereka yang rentan dipengaruhi kelompok radikal itu kemudian cenderung memaksakan kehendak yang berkaitan dengan agama. “ Mereka dididik menjadi manusia kacamata kuda,” kata Syafaatun yang juga membahas rekomendasi dalam kelompok diskusi terfokus.

Ia mengusulkan sistem pendidikan yang mengedepankan pada kemanusiaan atau bidang sosial budaya dengan cara berpikir intuitif agar mahasiswa terbiasa memahami yang berbeda pandangan. Dia mencontohkan pendidikan barat, yang menunjukkan mahasiswa ilmu pasti atau eksakta juga belajar ilmu-ilmu sosial. Begitu pula sebaliknya.

Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi, AS. Hikam menyebutkan kelompok-kelompok radikal menargetkan perguruan tinggi negeri ketimbang perguruan tinggi negeri Islam untuk menyebarkan ajaran mereka. Contohnya di ITB, ITS, UI, dan UGM.

Mahasiswa jurusan eksakta menjadi sasaran empuk doktrinasi kalangan radikal karena pemikiran mereka cenderung linier atau satu arah. “Gerakan deradikalisasi di kampus harus gencar dilakukan,” kata dia.

Catatan keenam adalah penghayatan terhadap agama terlalu fokus pada aspek bentuk atau ritual, bukan substansi. Ada gejala agama bersekutu dengan politik dan uang untuk kepentingan kelompok dan merusak.

BACA: Buya Syafii Maarif: Muslim Harus Bisa Bedakan Islam dan Arabisme

Catatan ketujuh, Pemerintah juga dinilai belum punya kebijakan yang spesifik di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu dibuat kebijakan yang tegas dalam bidang kebudayaan di sekolah supaya fokus pada pembentukan komunitas akademik. Selama ini paradigma pendidikan dibuat seragam dan linier sehingga tidak membangun kreativitas.

Catatan ke delapan selama 3 tahun Jokowi JK, budayawan dan akademikus menyebutkan seni yang penuh kreativitas dan menghargai perbedaan bisa mengurangi radikalisme dan intoleransi. Di Yogyakarta, sebagian ruang publik dipakai oleh kelompok radikal untuk menyebarkan kebencian yang dibungkus dengan agama untuk kepentingan politik tertentu. “Kesenian alternatif, misalnya di desa-desa bisa mengurangi dampak dari radikalisme,” kata Lukas, panitia seminar yang juga Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Indef Teliti Rasio Penciptaan Kerja Era Jokowi Vs SBY, Hasilnya?

20 Februari 2018

Indef Teliti Rasio Penciptaan Kerja Era Jokowi Vs SBY, Hasilnya?

Menurut penelitian Indef, Rasio Penciptaan Kerja dalam tiga tahun masa pemerintah Jokowi masih di bawah era pemerintahan SBY.

Baca Selengkapnya

Wasekjen Demokrat: Jokowi Mulai Ditinggal Kalangan Terdidik

15 Februari 2018

Wasekjen Demokrat: Jokowi Mulai Ditinggal Kalangan Terdidik

Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik mengatakan bahwa Presiden Jokowi mulai kehilangan dukungan dari kalangan terdidik.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Kondisi Saat Ini Lebih Baik Dibanding Tiga Tahun Lalu

6 Desember 2017

Jokowi: Kondisi Saat Ini Lebih Baik Dibanding Tiga Tahun Lalu

Presiden Jokowi mengklaim kondisi perekonomian saat ini lebih baik daripada 3 tahun lalu ketika ia baru pemerintah, meski pertumbuhan di bawah target.

Baca Selengkapnya

Ditanya Soal Kerja Kabinet, Jokowi: Ini Arahnya Reshuffle Pasti

6 November 2017

Ditanya Soal Kerja Kabinet, Jokowi: Ini Arahnya Reshuffle Pasti

Jokowi menganggap Kabinet Kerja bekerja dengan memuaskan karena bisa mengikuti ritmenya. Jokowi enggan menjawab reshuffle.

Baca Selengkapnya

Incar 2 Periode, Jokowi Ingin Pastikan Proyek Strategis Selesai

6 November 2017

Incar 2 Periode, Jokowi Ingin Pastikan Proyek Strategis Selesai

Banyak proyek strategis yang baru selesai di tahun 2020an menurut Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Jelaskan Alasan Pengalihan PMN Trans Sumatera ke LRT

6 November 2017

Jokowi Jelaskan Alasan Pengalihan PMN Trans Sumatera ke LRT

Presiden Jokowi menganggap pemerintah akan merugi puluhan triliun jika LRT tidak diprioritaskan.

Baca Selengkapnya

Kenapa Jokowi Bangun Akses Baru Sentra Ekonomi?

6 November 2017

Kenapa Jokowi Bangun Akses Baru Sentra Ekonomi?

Pembangunan akses didahulukan Jokowi dengan pertimbangan bisa memicu transaksi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Nilai Swasta Ogah Bangun Infrastruktur Dengan Untung Kecil

6 November 2017

Jokowi Nilai Swasta Ogah Bangun Infrastruktur Dengan Untung Kecil

Pengusaha swasta menolak atau enggan mengerjakan proyek-proyek luar Jawa yang ditawarkan Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Anggap BUMN Harus 'Tertekan' Supaya Bisa Cari Pendanaan

6 November 2017

Jokowi Anggap BUMN Harus 'Tertekan' Supaya Bisa Cari Pendanaan

Presiden Jokowi menganggap 'tekanan' mendorong BUMN lebih inovatif dalam mencari pendanaan infrastruktur

Baca Selengkapnya

Jokowi: Kalau Nyari Dukungan Politik, Saya Bangun Jawa Saja

6 November 2017

Jokowi: Kalau Nyari Dukungan Politik, Saya Bangun Jawa Saja

Presiden Jokowi menegaskan bahwa dirinya tidak mencari imbal politik dan ekonomi cepat dari proyek infrastruktur.

Baca Selengkapnya