Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membawa wayang kulit disela pagelaran Wayang NKRI dengan lakon "Parikesit Jumeneng Noto" di depan Museum Fatahillah, kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, 29 September 2017. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo belakangan dituding kerap mengeluarkan pernyataan berbau politik. Di antaranya tentang ajakan nonton bareng film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI dan kabar pembelian 5.000 pucuk senjata oleh institusi nonmiliter.
Gatot menilai tudingan itu tidak beralasan. Apa yang dia lakukan semata untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. "Saya mengurusi bidang keamanan yang berkaitan dengan kedaulatan," kata Gatot di Museum Fatahillah, Jakarta, Jumat, 29 September 2017.
Gatot mengatakan, jika pernyataannya dianggap sebagai manuver politik, dia tidak ambil pusing. "Mereka punya pengartian sendiri, ya tidak masalah," ujarnya. Sebab, setiap orang memiliki hak berpendapat dan dia dapat menghargainya. "Pendapat, ya, kita hargai," ujarnya.
Salah satu tudingan tentang manuver Gatot Nurmantyo itu datang dari Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik. Menurut Rachland, manuver Gatot itu sudah menabrak batas kepatutan dan undang-undang.