TEMPO.CO, Jakarta - Permainan perusahaan farmasi dan dokter dalam meresepkan obat kepada pasien akhirnya terbongkar. Sesuai temuan Tim Investigasi Majalah Tempo, ada kolusi antara perusahaan farmasi dan dokter ketika meresepkan obat-obat tertentu kepada pasien.
Berdasarkan data yang dimiliki Tempo, PT Interbat diduga menggelontorkan duit hingga Rp 131 miliar dalam tiga tahun, yaitu sejak 2013 hingga 2015. Uang itu diberikan kepada para dokter. Tujuannya, diduga agar dokter meresepkan obat-obatan produksi Interbat.
Duit tersebut diduga mengalir ke setidaknya 2.125 dokter dan 151 rumah sakit yang tersebar di lima provinsi. Yaitu Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Data yang dimiliki Tempo menunjukkan seorang dokter bisa menerima uang dari Rp 5 juta sampai Rp 2,5 miliar. (Baca: Suap Obat, Dokter Terima Mobil Yaris hingga Camry)
Praktek kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi ini dibungkus dalam bentuk kerja sama. Dalam kerja sama itu, dokter akan menerima diskon 10-20 persen penjualan obat dari perusahaan farmasi. Namun, yang sangat janggal, diskon tersebut diberikan dalam bentuk uang dan fasilitas lainnya.
"Uang itu diberikan di muka," kata seorang mantan medical representative PT Interbat, Oktober lalu. Menurut dia, setelah menerima uang di muka, dokter wajib meresepkan obat-obat produksi Interbat selama periode tertentu. Biasanya untuk satu tahun.
Pengacara PT Interbat, Peter Tallaway, membantah bahwa Interbat menyuap dokter. Meski begitu, ia membenarkan Interbat memberikan diskon untuk apotek dan rumah sakit. "Kalau beli banyak, ya, mendapat potongan, misalnya sampai 50 persen," ujar Peter, pertengahan Oktober lalu. (Baca: Diduga Suap Ribuan Dokter, Begini Jawaban Interbat)
TIM INVESTIGASI TEMPO
Suap Dokter=40 % Harga Obat: Inilah Modus yang Mengejutkan
Eksklusif, Suap Obat: Dirut RSCM Pernah Ditawari PSK