TEMPO.CO, Jakarta--Kolusi antara dokter dan perusahaan obat terlihat dari resep yang diberikan. Dokter yang terikat “janji” dengan perusahaan obat biasa meresepkan obat yang tidak perlu buat pasien. Misalnya antibiotik dan vitamin. “Padahal kadang cukup dengan dinasihati beristirahat yang cukup dan makan teratur bisa sembuh,” kata Zaenal Abidin, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Baca juga: Suap Dokter=40 % Harga Obat: Ditawari Pergi Haji hingga PSK
Ditemui di Kantor Pusat IDI, Jalan Dr Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat tiga pekan lalu, dia mengakui masih ada dokter yang main mata dengan perusahaan. Padahal sanksi bagi dokter yang melakukan hal itu cukup berat, sampai pencabutan izin praktek.
Banyak keluhan masih ada dokter yang suka meresepkan obat yang tak dibutuhkan pasien. Benarkah ini pengaruh kongkalikong dengan perusahaan obat?
Bisa karena orang yang datang ke dokter memang sudah sakit. Tapi saya tidak menutup kemungkinan adanya kerja sama seperti itu, karena Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) kadang menegur dokter yang melakukan itu, tapi tidak disebut dokter siapa.
Apakah sulit menghentikan kerja sama yang merugikan pasien itu?
Dalam etika kedokteran, dokter dibolehkan mendapat sponsorship berupa biaya transportasi, penginapan, dan makan untuk pendidikan berkelanjutan seperti seminar atau simposium.
Apakah belakangan ini ada laporan ke majelis etik mengenai dugaan persekongkolan perusahaan farmasi dan dokter dalam peresepan obat?
Banyak, tapi kalau terkait dengan obat saya belum tahu.
Kami mendapatkan banyak data dan informasi bahwa masih banyak dokter menerima gratifikasi dari perusahaan farmasi.
Iya, tapi tidak sebanyak dulu. Sebenarnya dulu belum ada aturan gratifikasi, sekarang baru ada. Semuanya sudah berhati-hati untuk menerima macam-macam. Yang tidak boleh begini: ada perusahaan obat datang dan mengatakan, “Resepkan obat saya, sekian resep selama satu tahun, saya kasih kamu mobil.” Atau, “Saya kasih kamu mobil sekarang, tapi saya kontrol resep itu.”
Selanjutnya baca temuan investigasi dalam Majalah Tempo terbaru.
Tim Investigasi Tempo
Baca juga: Suap Dokter=40 % Harga Obat: Inilah 3 Hal yang Mengejutkan