TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya menangkap jaringan prostitusi yang melibatkan artis dan model cantik berinisial AS, 23 tahun. AS ditangkap di tempat berbeda dengan empat perempuan lain yang berprofesi sebagai sales promotion girl (SPG), yakni CL, CT, CN, dan CK.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Takdir Mattanete mengatakan artis dan para SPG tersebut dikelola dua muncikari, YY dan BS, yang saat ini masih buron.
"Mereka melakukan aksi kriminalnya dengan cara menggunakan layanan media sosial, seperti grup BlackBerry Messenger dan Facebook, untuk menyebarkan foto-foto milik perempuan yang bisa memuaskan nafsu para pria hidung belang," ucapnya, Kamis, 3 September 2015.
Pria hidung belang yang ingin dilayani SPG itu harus menghubungi YY untuk menyepakati harga Rp 1-2 juta per jam. Sedangkan artis dan model cantik AS dibanderol Rp 8-10 juta per jam melalui muncikari BS. "Pola pembayaran tergantung kesepakatan, ada yang bayar setengah dulu, ada juga langsung tunai sekali pakai," ujar Takdir.
Jika dibayar setengah, YY akan mendampingi anak asuhnya ke hotel untuk menagih kekurangannya. Namun, jika sudah dibayar lunas, YY hanya memberikan alamat lokasi pertemuan dengan pelanggannya kepada mereka.
Modus ini ternyata berbeda dengan muncikari model kelas atas, Robby Abbas, yang ditangkap polisi saat menjajakan artis Ibu Kota, AA, pada 8 Mei 2015. Peran Robby mirip perantara yang sekadar menyampaikan permintaan anak asuhnya. Tahap kesepakatan itu adalah pelanggan bertemu dengan Robby. Dari situ, pelanggan bercakap-cakap sambil menyebut nama beberapa artis dan model. Percakapan itu merupakan kode agar Robby menyediakan jasa birahi kepada si pelanggan.
Robby kemudian menghubungi nama yang disebut oleh pelanggan jika memang menjadi peliharaannya. Jika sepakat dan uang muka sudah dibayar, pelanggan akan diantar ke tempat eksekusi yang merupakan hotel berbintang lima.
"Kalau dia (artis atau model) tidak mau, saya juga tidak akan sepakat," tutur Robby di Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Mei 2015.
Aktivitas jual-beli itu pun disebutnya sebagai arisan. Istilah arisan itu disebut lebih sopan ketimbang menawarkan jasa artis.
Robby sendiri mengaku bekerja sendiri selama menyediakan jasa esek-esek dari para pesohor tersebut. Robby tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain untuk mencari perempuan yang diinginkan klien. "Kalau yang diminta klien tidak ada, ya tidak bisa," kata Robby.
MOHAMMAD SYARRAFAH | DIMAS SIREGAR