TEMPO.CO, Kupang - Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), menelusuri kemungkinan masih adanya teroris jaringan Santoso di daerah itu. Hal itu dilakukan pasca penangkapan anggota jaringan Santoso, Syarif, pada Sabtu lalu.
"Kami akan terus menelusuri kemungkinan masih adanya jaringan teroris Santoso di daerah ini," kata Kepala Polres Manggarai Barat Ajun Komisaris Besar Jules Abast, Selasa, 21 April 2015.
Penelusuran jaringan teroris di daerah itu, menurut Jules, akan dimulai dengan memeriksa terhadap istri Syarif serta mertua Syarif. Namun, Jules belum memastikan waktu pemeriksaan kedua orang tersebut.
Pemeriksaan istri Syarif, kata Jules, bukan sebagai tersangka, tapi sebatas meminta keterangan terkait pernikahan mereka dan cara Syarif masuk ke Labuan Bajo. Setelah kabur dari Bima, Syarif menikah dengan seorang gadis desa yang tinggal di Desa Siru, Kecamatan Lembor.
Pasca penangkapan Syarif ini, kata Jules, pihaknya juga akan meningkatkan pengamanan dan razia di titik masuk ke daerah itu, seperti pelabuhan dan Bandara Komodo. "Intensitas razia akan kami tingkatkan di pelabuhan dan Bandara," kata Jules.
Syarif ditangkap Sabtu petang, 18 April 2015, atau sekitar pukul 16.25 Wita oleh tim Densus 88 di Desa Ranggawatu, Kecamatan Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Syarif adalah pelaku penembakan Kapolsek Ambalawi Bima, Nusa Tenggara Barat, Iptu Abdul Salam pada 18 Agustus 2014.
Abdul tewas ditembak saat akan berangkat dari kediamannya menuju Polsek Ambalawi. Dia ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, tergeletak di samping sepeda motornya.
YOHANES SEO