Tempat Muktamar NU, Pesantren Tebuireng Lekat dengan Gus Dur
Editor
Anton Aprianto
Jumat, 31 Juli 2015 19:42 WIB
TEMPO.CO, Jombang - Salah satu pondok pesantren yang akan digunakan untuk tempat penyelenggaraan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 di Jombang, Jawa Timur, adalah pondok pesantren Tebuireng. Pondok ini didirikan salah satu pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, pada 26 Rabiul Awal, 1317 Hijriah, atau 3 Agustus 1899 Masehi, di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang.
Pondok ini semula sebuah bangunan kecil berdinding anyaman bambu berukuran 6 x 8 meter. Bangunan sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat tinggal KH Hasyim istrinya, Nyai Khodijah, dan bagian depan dijadikan musala. Saat itu santri KH Hasyim hanya delapan orang dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Keberadaan pondok ini sempat mendapat sambutan negatif dari masyarakat setempat yang belum taat beragama Islam. Namun dengan kewibawaan KH Hasyim, masyarakat akhirnya sadar dan mengikuti ajaran-ajaran budi pekerti Islam yang diajarkan KH Hasyim.
Sebagai pendiri NU, KH Hasyim melahirkan anak dan cucu yang tidak hanya memberi kontribusi besar bagi NU melainkan juga bagi bangsa Indonesia. Salah satu putra KH Hasyim, KH Wahid Hasyim, merupakan Menteri Agama pertama Indonesia. Karisma KH Hasyim dilanjutkan cucunya atau anak KH Wahid, KH Abdurahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur.
Selain sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa periode, Gus Dur juga pernah menjadi Presiden RI keempat selama tahun 1998-2001. Gus Dur yang dikenal sebagai seorang demokrat dan pluralis juga aktif dalam forum-forum internasional. Ketiganya dimakamkan di kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng.
Setelah KH Hasyim wafat, Pondok Tebuireng diasuh KH Yusuf Hasyim, paman Gus Dur. Setelah KH Yusuf wafat digantikan adik Gus Dur, KH Salahudin Wahid, yang akrab disapa Gus Solah, hingga sekarang.
Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Tebuireng memiliki berbagai lembaga pendidikan formal maupun informal mulai dari sekolah tingkat dasar, menengah, dan atas serta perguruan tinggi. Sejak Gus Dur wafat dan dimakamkan di Tebuireng, kompleks pemakaman setempat jadi tujuan ziarah dan wisata religi masyarakat di Jawa Timur maupun Jawa dan luar Jawa.
ISHOMUDDIN