Ibu kota provinsi Jawa Timur Surabaya, berada di posisi keempat dengan 29,880 kali berhenti-jalan dalam kemacetan setiap tahun. ANTARA
TEMPO.CO, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya mewujudkan pengembangan infrastruktur pendukung transportasi di kota itu. Terminal Teluk Lamong dan Terminal Baru Bandar Udara Internasional Juanda rencananya akan dibuat terhubung dengan akses yang sekaligus mengurai kemacetan tengah kota.
Rencana itu berupa Jalur Lingkar Luar Timur (JLLT) dan Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB). Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan telah mendapat kepastian pembebasan lokasi untuk pengembangan dua akses penting itu, Jumat 19 Juni 2015.
“Alhamdulillah, Pak Gubernur (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) setuju mengeluarkan penetapan lokasi pembebasan tanahnya. Saya prediksi dua tahun selesai,” ujarnya kepada wartawan di ruang kerja wali kota, Jumat 19 Juni 2015.
Risma berharap, pembangunan JLLB kelak mampu mendukung penuh akses menuju dan keluar Terminal Modern Teluk Lamong. Sedangkan JLLT diproyeksikan mempermudah akses masyarakat menuju Terminal 2 dan 3 Bandara Juanda. “Untuk jalur lingkar luar barat dan timur ini pembebasannya tinggal 20-25 persen,” katanya menuturkan.
Pembangunan JLLT dilakukan secara bertahap dan jangka panjang, dimulai dari Jembatan Tol Suramadu hingga Gunung Anyar. Rinciannya, mempunyai panjang 17 kilometer dengan lebar 60 meter, membentang melewati wilayah Kenjeran-Bulak-Mulyorejo-Sukolilo-Rungkut-Gunung Anyar.
Sementara untuk JLLB, Pemerintah Surabaya akan membangun sepanjang 26,1 kilometer dengan lebar 55 meter. Tujuannya, mengurangi kemacetan di utara dan selatan kota yang membentang melewati Romokalisari, Pakal, Sememi, dan Laskarsantri.
Terkini: Faisal Basri Pernah Kritik 3 Menteri Jokowi yang Jadi Saksi Sengketa Pilpres, Paus Fransiskus Lanjutkan Perjalanan ke Papua Nugini Naik Garuda Indonesia
11 hari lalu
Terkini: Faisal Basri Pernah Kritik 3 Menteri Jokowi yang Jadi Saksi Sengketa Pilpres, Paus Fransiskus Lanjutkan Perjalanan ke Papua Nugini Naik Garuda Indonesia
Ekonom senior UI Faisal Basri pernah mengkritik tiga menteri kabinet Presiden Jokowi yang menjadi saksi dalam sidang sengketa Pilpres.