Sinta Wahid: Perempuan Minoritas Rawan Pelecehan  

Reporter

Editor

Budi Riza

Selasa, 23 Desember 2014 06:06 WIB

Sinta Nuriyah. TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pelapor Khusus Kebebasan Beragama dari Komnas Perempuan, Sinta Nuriyah Wahid, mengatakan kaum perempuan minoritas kerap mengalami berbagai gangguan dan tindak kekerasan.

"Mereka sering pula mendapat pelecehan seksual," kata Sinta dalam acara Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan Beragama di Hotel Bidakara, 22 Desember 2014. (Baca: Intoleransi Beragama, Ini Saran Sinta ke Jokowi)

Diskriminasi yang dialami perempuan dari kelompok minoritas tidak sampai di situ. Para perempuan ini tidak mendapat pelayanan setara oleh pemerintah. "Mereka dibedakan dalam mendapat pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi seperti saat melahirkan," ujar Sinta.

Dalam pembuatan kartu tanda penduduk serta pencatatan nikah, misalnya, para perempuan minoritas mengalami hambatan. Saat pembuatan KTP, mereka diminta mengubah serta mencantumkan keyakinan dengan enam agama yang sudah diakui pemerintah. Mereka juga diancam saat pencatatan nikah. (Baca: Sinta Wahid Kritik Polisi Memihak di Konflik Agama)

Berbeda dengan pria, buntut pencatatan nikah itu lebih panjang dibandingkan kaum wanita. "Kalau tidak dicatat perkawinan mereka, para perempuan ini nanti dijuluki perawan tua, sehingga mereka juga bisa terlambat hamilnya karena tidak bisa menikah," kata Sinta.

Saat sang suami yang mungkin juga berasal dari kelompok minoritas dipukuli atau dirampok, para perempuan juga mengalami diskriminasi. Akibat dari kekerasan yang dialami sang suami, beban mencari nafkah dan bekerja terbebani bagi para ibu dan istri ini.

Dari sisi sosial, para wanita pun terkadang mengalami tindakan diskriminasi. Misalnya, saat hendak melayat ke salah satu tetangga yang meninggal dan si wanita memberikan beras sebagai ungkapan belasungkawa. Biasanya beras dari para perempuan kelompok minoritas ini tidak diterima oleh keluarga yang sedang berduka.

MITRA TARIGAN


















Terpopuler
Faisal Basri: Premium Lebih Mahal dari Pertamax
Jokowi Janjikan Eva Bande Bebas di Hari Ibu
Jokowi Gampang Diobok-obok, Ini Sebabnya
Gara-gara Tiang Listrik, Wagub Djarot Ngomel
4 Rencana Menteri Susi yang Berantakan

Advertising
Advertising

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

3 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

13 hari lalu

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan aktivis pro demokrasi, Tumbu Saraswati, wafat di ICU RS Fatmawati Jakarta pada Kamis

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

36 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

47 hari lalu

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

Beredar video yang memperlihatkan seorang istri diduga disekap di kandang sapi oleh suaminya di Jember, Jawa Timur. Komnas Perempuan buka suara.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

53 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

8 Maret 2024

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

Amanda Manthovani, pengacara 2 korban kekerasan seksual diduga oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif mengaku tak ada perlindungan dari kampus.

Baca Selengkapnya

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

3 Maret 2024

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

Komnas Perempuan mendorong polisi mematuhi UU TPKS dalam mengusut perkara dugaan kekerasan seksual oleh Rektor Universitas Pancasila.

Baca Selengkapnya

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

3 Maret 2024

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

Komnas Perempuan meminta Rektor Universitas Pancasila tidak melaporkan balik korban dugaan kekerasan seksual.

Baca Selengkapnya

Kasus Pelecehan Seksual Diduga oleh Rektor Universitas Pancasila, Komnas Perempuan Dorong Polisi Gunakan UU TPKS

27 Februari 2024

Kasus Pelecehan Seksual Diduga oleh Rektor Universitas Pancasila, Komnas Perempuan Dorong Polisi Gunakan UU TPKS

"Komnas Perempuan mengapresiasi keberanian perempuan pelapor/korban untuk bersuara."

Baca Selengkapnya

Polisi Mulai Penyelidikan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Pimpinan Universitas Pancasila

24 Februari 2024

Polisi Mulai Penyelidikan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Pimpinan Universitas Pancasila

Polisi sedang menyelidiki kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Rektor Universitas Pancasila di lingkungan kampus.

Baca Selengkapnya