11 Kerugian Rakyat Jika Pilkada Harus Lewat DPRD

Reporter

Jumat, 12 September 2014 11:07 WIB

Warga melintasi mural Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua Fauzi Bowo dan Joko Widodo di kolong jembatan Dukuh Atas, Rabu (19/9). TEMPO/Subekti. SB20120919.

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris mengatakan ada sebelas dampak negatif bila pemilihan kepala daerah diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. “Pemerintah daerah dan DPRD menjadi sangat kolutif dan transaksional yang berujung pada korupsi," kata Syamsuddin saat dihubungi, Jumat, 12 September 2014. (baca: RUU Pilkada Cerminkan Kepentingan Golongan)

Menurut Syamsuddin, pemilihan lewat DPRD akan mendatangkan kerugian lanjutan yang terlihat dari kinerja pemerintahan selama lima tahun setelah pilkada. Ia memprediksi selama lima tahun kepala daerah hanya akan melayani partai politik dan politikus DPRD. "Walhasil, kepentingan publik tidak terurus," ujar dia. (Baca: Pemerintah Mati-matian Loloskan Pilkada Langsung)

Dampak negatif ketiga adalah menguatnya oligarki partai politik. Oligarki partai akan mengurangi partisipasi dan akses masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah. Oligarki ini menyebabkan kerugian keempat, yaitu terjadinya pembajakan demokrasi karena kedaulatan rakyat digantikan kedaulatan elite partai.

Pemilihan lewat DPRD juga akan menyuburkan politik dinasti di tengah masyarakat. “Fenomena 'orang kuat lokal' malah tambah marak." Dampak lanjutannya, politik akan menjadi arena permainan para elite parpol. "Rakyat pembayar pajak hanya menjadi penonton,” ujar Syamsuddin. (Simak juga: Sengkarut Pilkada di DPR, Ini Asal Mulanya)

Kerugian ketujuh adalah mempersempit ruang calon perseorangan dan calon independen untuk maju dalam pemilihan kepala daerah. Padahal, keberadaan calon independen ini sudah dikuatkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi. Bila kepala daerah dipilih DPRD, ada kecenderungan yang terpilih adalah calon yang diusulkan oleh mayoritas partai.

Kepala daerah yang dipilih DPRD, menurut Syamsuddin, akan tersandera dengan kepentingan partai politik pengusung. "Sehingga visi misinya tidak bisa berjalan." Kesembilan akan terjadi kemerosotan demokrasi.

Pemilihan lewat DPRD juga dinilai bisa menghambat kesempatan bagi tokoh-tokoh terbaik daerah untuk maju dan bersaing dalam pilkada. Peluang mereka terhalang dengan aturan dan kemauan partai. Sedangkan kerugian terakhir efisiensi dan penekanan biaya pilkada belum tentu menjadi lebih rendah. “Biaya politik pilkada melalui DPRD belum tentu lebih murah dari biaya politik pilkada langsung.”

MUHAMMAD MUHYIDDIN

Terpopuler:
Diminta Copot Jabatan, Ahok Tantang Gerindra
Sengkarut Pilkada di DPR, Ini Asal Mulanya
Kepala Daerah Pendukung Prabowo Membelot

Berita terkait

KPU: Anggota DPR, DPRD dan DPD Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024

6 jam lalu

KPU: Anggota DPR, DPRD dan DPD Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024

KPU menjelaskan mengenai ketentuan anggota dewan yang ingin ikut pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Hadiri Penetapan Caleg Terpilih di Solo, Gibran Berharap Bisa Merangkul Semua Kekuatan Politik

7 hari lalu

Hadiri Penetapan Caleg Terpilih di Solo, Gibran Berharap Bisa Merangkul Semua Kekuatan Politik

Gibran berharap Pemerintah Kota Solo dapat menjalin kerja sama yang baik dengan seluruh anggota DPRD.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

10 hari lalu

Pembatasan Kendaraan di UU DKJ, DPRD DKI: Sesuatu yang Harus Dikaji Lagi

Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta mendesak untuk melakukan kajian yang matang sebelum menerapkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi sesuai UU DKJ.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

13 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Mantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi

41 hari lalu

Mantan Napi Korupsi Melenggang Menjadi Anggota Dewan: Nurdin Halid dan Desy Yusandi

ICW temukan 56 mantan napi korupsi ikut dalam proses pencalonan anggota legislatif Pemilu 2024. Nurdin Halid dan Desy Yusandi lolos jadi anggota dewan

Baca Selengkapnya

Kaesang Pangarep: Perolehan Kursi PSI di DPRD Meningkat Sekitar 200 Persen

49 hari lalu

Kaesang Pangarep: Perolehan Kursi PSI di DPRD Meningkat Sekitar 200 Persen

Kaesang Pangarep mengatakan, meski PSI tidak lolos ke Senayan, perolehan kursinya di DPR meningkat sekitar 200 persen.

Baca Selengkapnya

William Aditya Sarana Raih Suara Tertinggi Pemilu 2024 untuk Caleg DPRD DKI Jakarta, Ini Profilnya

52 hari lalu

William Aditya Sarana Raih Suara Tertinggi Pemilu 2024 untuk Caleg DPRD DKI Jakarta, Ini Profilnya

Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana meraih suara terbanyak untuk caleg DPRD DKI dalam Pemilu 2024. Di mana dapilnya? Ini profilnya

Baca Selengkapnya

Wayan Koster Umumkan Lima Kader PDIP Bali Amankan Tiket ke Senayan

57 hari lalu

Wayan Koster Umumkan Lima Kader PDIP Bali Amankan Tiket ke Senayan

Wayan Koster mengatakan PDIP masih menjadi partai terkuat di Pulau Dewata meskipun capres-cawapresnya belum berhasil menang.

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Meninggal Dunia Sebelum Kampanye, Caleg PAN Raih Suara Terbanyak di Jabar

4 Maret 2024

Meninggal Dunia Sebelum Kampanye, Caleg PAN Raih Suara Terbanyak di Jabar

Meski telah meninggal dunia sebelum masa kampanye, caleg dari partai PAN, mendapatkan raihan suara terbanyak.

Baca Selengkapnya