Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Ani Yudhoyono saat akan berangkat berkunjung ke Kazakhstan, Polandia dan Rusia di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Minggu (1/9). Presiden SBY berkunjung ke Rusia dalam rangka menghadiri KTT G-20. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan nada marah soal Bunda Putri menarik dianalisis. SBY menggunakan kalimat "1.000 persen Luthfi Hasan Ishaaq berbohong”, terkait dengan keterangan Luthfi di pengadilan yang menyebut Bunda Putri dekat dengan Presiden. SBY mengatakan, dia tak mengenal Bunda Putri.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Mercu Buana, Heri Budianto, mengatakan ucapan Presiden bahwa “1000 persen Luthfi Hasan Ishaaq berbohong” merupakan upaya bantahan dan pembelaan untuk meyakinkan publik. Menurut dia, 100 persen yang biasa dipakai dalam matematika dan statistik kurang mampu menyakinkan publik. Jika survei politik dan pemilihan umum menggunakan angka 100 persen untuk menyebut yang paling tinggi perolehan suaranya, dalam retorita politik angka 100 persen tak mencukupi untuk menyakinkan publik.
Seribu persen, kata dia, adalah bahasa politik, bukan matematika. "Bahasa politik itu, kan, harus bombastis, 100 persen itu kurang meyakinkan," ujar Heri Budianto ketika dihubungi, Minggu, 27 Oktober 2013.
Menurut dia, dalam komunikasi politik, penggunaan 1.000 persen merupakan penegasan untuk meyakinkan publik bahwa jaminannya sepuluh kali lipat dari yakin 100 persen. Heri menilai gaya bahasa politik 1000 persen hanya gaya SBY. Baca juga (SBY: Seribu persen itu fitnah).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat mengeluarkan pernyataan dengan ekspresi marahnya bahwa 1.000 persen tidak mengenl Bunda Putri. Sosok Bunda Putri mencuat usai rekaman pembicaraannya dengan Luthfi Hasan Ishaaq, bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera, yang jadi terdakwa perkara suap impor daging. Luthfi menyebut Bunda Putri merupakan orang dekat Presiden SBY dan disebut mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan dalam reshuffle kabinet.