Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan keterangan pers sebelum berangkat berkunjung ke Kazakhstan, Polandia dan Rusia di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/9). Sebelum ke Rusia, Presiden SBY akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan dan Polandia. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pers Bagir Manan menganggap kritik media terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah konsekuensi Yudhoyono sebagai pejabat publik. Artinya, menurut Bagir, SBY harus siap menjadi pusat perhatian. Ia menyebutkan bukan hanya SBY yang kerap menuai kritik. "Obama juga dikritik, kan," kata Bagir saat dihubungi, Kamis, 24 Oktober 2013.
Bagir menjelaskan, kritik media adalah bagian dari kebebasan pers dan penerapan demokrasi di Indonesia. Karena itu, Bagir menilai wajar adanya pernyataan positif dan negatif tentang Yudhoyono. "Harus diterima dengan lapang hati," kata Bagir.
Bagir melanjutkan, jika ada pemberitaan yang dianggap tidak benar, SBY bisa memprotesnya dengan sesuai dengan mekanisme. Yaitu dengan mengajukan hak jawab atau mengadukan ke Dewan Pers. "Kalau enggak benar kan tinggal dibantah saja," kata dia.
Pada Rabu, 23 Oktober 2013, SBY mengeluarkan pernyataan dirinya menjadi korban pers dalam acara Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Selain mengeluh, SBY juga berterima kasih atas kritik dan kecaman dari media yang telah menjadi cambuk baginya dalam melaksanakan tugas sebagai kepala negara. (Baca: SBY Mengaku Di-bully Media Massa)